REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Perhimpunan Peneliti Hati Indonesia (PPHI) Rino A. Gani menyatakan, penderita hepatitis C di Indonesia sebagian besar adalah golongan usia produktif atau kelompok usia di atas 15 tahun.
"Data dari Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) tahun 2007 tercatat 2,05 persen dari total penduduk Indonesia yang usianya di atas 15 tahun, menderita hepatitis C," kata Rino di Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Jakarta Selatan, Selasa (3/9).
Rino menjelaskan bahwa 2,05 persen tersebut setara dengan tiga juta orang Indonesia dari kelompok usia produktif.
Tingginya penderita hepatitis C pada usia produktif, tentu akan mempengaruhi perekonomian negara, katanya.
"Oleh sebab itu, kami mentargetkan agar lima tahun mendatang angka ini bisa ditekan hingga mencapai 0,5 persen," kata Rino.
Lebih lanjut Rino menjelaskan bahwa hepatitis-C adalah penyakit yang menyerang fungsi hati dan banyak disebabkan akibat gaya hidup seperti konsumsi minuman keras.
Selain itu orang yang gemar ditato, tindik tubuh, harus transfusi darah berkala, bahkan pengguna jarum suntik lain seperti pemadat, merupakan kelompok yang berisiko tinggi menderita hepatitis-C, kata Rino.
Penyakit hepatitis C memiliki peluang untuk disembuhkan hingga 95 persen dengan menggunakan anti-virus yang tepat dan mendapat perawatan serta pengobatan yang tepat pula.
"Namun sangat disayangkan, karena sebagian besar penderita hepatitis tidak menyadari kalau mereka menderita penyakit ini," jelas Rino. Hal itu disebabkan karena hepatitis tidak memiliki gejala yang spesifik pada stadium awal penyakit ini diderita.
Ada pun gejala seperti mudah lelah, mual, sakit perut, dan lemas, adalah gejala umum yang tidak spesifik mengacu pada hepatitis.
"Kalau gejala seperti kulit dan mata kuning, hingga mencapai infeksi hati, sirosis bahkan kanker hati, itu biasanya terlihat bila hepatits sudah akut," kata Rino.