Jumat 06 Sep 2013 18:46 WIB

Dua Tipe Golput Versi Megawati Soekarnoputri

Rep: Muhammad Akbar Wijaya/ Red: Mansyur Faqih
Megawati Soekarnoputri
Foto: ANTARA
Megawati Soekarnoputri

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri merasa prihatin dengan tingginya angka golput dalam pemilu dan pemilukada di Indonesia. Menurutnya hal ini menandakan demokrasi di Indonesia belum matang.

"Kita belum siap berdemokrasi. Demokrasi kita perlu pembelajaran menuju pematangan," katanya dalam acara Rakernas PDI Perjuangan Ketiga, di Ancol, Jakarta, Jumat (6/9).

Megawati menyatakan, golput dalam konteks demokrasi perlu dibedakan menjadi dua kelompok. Yaitu, golput yang disengaja dan yang tidak disengaja. Menurut Megawati, golput yang disengaja terjadi karena faktor kecurangan. Dalam konteks ini pemilih sengaja tidak difasilitasi haknya untuk memberikan suara.

"Golput yang disengaja artinya saat hari coblos mereka tidak dapat hak. Tidak dipanggil justru mereka diabaikan," ujarnya.

Megawati melanjutkan, golput tidak disengaja biasa terjadi di tempat-tempat pemilihan suara yang menjadi basis PDI Perjuangan. Dengan cara ini diharapkan perolehan suara partai moncong putih tidak mencapai hasil yang semestinya.

"Katakan di suatu basis PDIP kalau sudah keliatan PDIP akan menang hal seperti itu akan dilakukan (kecurangan)," katanya.

Yang kedua, kata Megawati, Golput yang tidak sengaja. Hal ini biasanya terjadi karena minimnya faktor sosialisasi dari penyelenggara pemilu. Di Pilkada Jawa Timur lalu misalnya. Megawati menyatakan banyak warga yang tidak mengetahui siapa saja calon kepala daerah yang akan maju ke pilkada dan kapan waktu pelaksanaannya. "Mereka mengatakan untuk apa ikut nyoblos kalau tidak tahu siapa calonnya," ujar Megawati.

Berkaca dari pengalaman politiknya selama ini, Megawati menyatakan ada empat hal yang membuat proses demokrasi di Indonesia tidak berlangsung baik. Pertama, KPU sebagai penyelenggara pemilu tidak netral.

Kedua, teknologi informas yang digunakan dalam proses penghitungan suara mudah dimanipulasi. Ketiga, operasi intelijen untuk menguntungkan salah satu calon. Keempat, politik uang untuk membeli. "Jadi menurut saya ini tanggung jawab kita bersama," kata Megawati.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement