Ahad 08 Sep 2013 14:27 WIB

Mogok Produksi Tempe Tahu Ancam Usaha Masyarakat

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Hazliansyah
Perajin tahu mengerjakan pembuatan tahu berbahan kedelai.
Foto: Republika/Aditya Pradana Putra
Perajin tahu mengerjakan pembuatan tahu berbahan kedelai.

REPUBLIKA.CO.ID,  CIREBON -- Mogok produksi yang rencananya akan dilakukan Gabungan Koperasi Produsen Tempe Tahu Indonesia (Gakoptindo) pada 11-13 September 2013, mengancam kelangsungan sektor usaha lainnya. Rencana aksi itu telah membuat harga tempe dan tahu di pasaran melonjak.

 

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Cirebon, Haki, mengungkapkan, banyak usaha di sektor lain yang bergantung pada produksi tempe dan tahu. Di antaranya, usaha perdagangan nasi lengko dan nasi jamblang.

 

"(Aksi mogok produksi) akan membawa pengaruh buruk bagi sektor usaha lainnya di Cirebon," kata Haki, akhir pekan kemarin.

 

Haki mengatakan, pihaknya menyerahkan sepenuhnya kepada para produsen tempe tahu di Kabupaten Cirebon untuk menyikapi krisis kedelai yang saat ini terjadi. Namun, dia berharap produsen tempe tahu di Kabupaten Cirebon tetap produksi karena akan menghambat sektor usaha lainnya.

 

Dari Kabupaten indramayu dilaporkan, menjelang aksi mogok para perajin tempe yang tergabung dalam Gakoptindo, harga tempe di pasaran melonjak drastis. Masyarakat pun mengeluhkan kondisi tersebut.

Berdasarkan pantauan Republika di Pasar Baru Indramayu, Ahad (8/9) pagi, harga tempe ukuran kecil yang biasanya Rp 2 ribu per potong, naik jadi Rp 4 ribu per potong. Sedangkan tempe ukuran besar yang biasanya seharga Rp 5 ribu per potong naik menjadi Rp 7 ribu per potong.

"Naiknya baru hari ini," ujar seorang pedagang tempe, Nono.

Nono mengatakan, naiknya harga tempe itu disebabkan adanya rencana mogok produksi para produsen tempe. Dengan adanya aksi mogok, maka otomatis tempe akan menghilang dari pasaran.

Sementara itu, kenaikan harga tempe tersebut dikeluhkan oleh warga, terutama yang berprofesi sebagai pedagang makanan. Karenanya, mereka memilih tidak berdagang untuk sementara waktu.

''Kalau harga tempe naik, modal yang harus saya keluarkan lebih besar. Sedangkan di sisi lain saya tidak bisa menaikkan harga kepada pelanggan,'' ujar seorang pedagang tempe mendoan, Rahmat.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement