REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sepanjang 2013, Joko Widodo alias Jokowi hampir mengimbangi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam hal ekspose media. Tercatat pada bulan Januari, Mei, Agustus, dan September, volume pemberitaan Jokowi di media unggul atau menyamai SBY.
''Eskalasi popularitas ini kian ketat terutama dalam tiga bulan terakhir. Kenaikan angka pemberitaan Jokowi seiring dengan masifnya perbincangan wacana calon presiden di Indonesia,'' ujar Rustika Herlambang, direktur komunikasi Indonesia Indicator (I2) kepada ROL, Ahad (8/9).
Menurut Rustika, data itu diperoleh setelah I2 melakukan intelligence media monitoring secara real time, dengan cakupan 336 media online nasional dan daerah dalam waktu 21 bulan (Januari 2012- 6 September 2013, hingga 06.42 wib), dengan total lebih dari 2,8 juta pemberitaan.
Metode pengumpulan, kata dia, dilakukan oleh perangkat lunak crawler (robot) secara otomatis dengan analisis berbasis Artificial Intelligence (AI), semantik, serta text mining.
"Ekspose yang sedemikian tinggi seperti ini tidak pernah terjadi pada tokoh-tokoh lain di Indonesia sejak Januari 2012 hingga saat ini. Sebagai Kepala Negara, pemberitaan yang berkaitan dengan aktivitas presiden selalu menduduki angka tertinggi, dibandingkan dengan tokoh lain di Indonesia,'' papar Rustika.
Namun, tutur dia, fenomena ekspose Jokowi menunjukkan adanya pergeseran dinamika yang terjadi dalam masyarakat. Pada bulan Agustus, ungkap Rustika, Presiden SBY mendapat coverage sebanyak 4.374 pemberitaan. ''Sementara Jokowi muncul dalam 4.553 berita,'' ungkapnya.
Ekspose terhadap Jokowi, papar Rustika, jauh lebih banyak dibandingkan ekspose Dahlan Iskan, tokoh yang disebut paling banyak diekspose oleh sebuah lembaga survei.
Berdasarkan data pada I2, jumlah pemberitaan tentang Dahlan Iskan hanya mencapai 1.745 berita. ''Posisi hanya setengah dari ekspose Jokowi dan Presiden SBY."
Sepanjang 2013, kata Rustika, pemberitaan mengenai Presiden SBY bergerak dalam tataran yang sifatnya seremonial, formal, kenegaraan, dan persoalan bangsa menyeluruh seperti harga BBM.
"Sebagian besar pemberitaan, untuk dibilang hampir secara keseluruhan, lebih pada kinerja yang dilakukan, seperti pidato Presiden, kegiatan presiden, termasuk di antaranya adalah aktivitas di Partai Demokrat. Secara volume, pemberitaan dari sisi human interest tidak banyak terpantau," tutur Rustika.
Sedangkan, clustering issue mesin Indonesia Indicator menunjukkan bahwa nuansa pemberitaan Jokowi begitu dinamis. Menurut Rustika, eforia pemberitaan Jokowi berawal
dari sisi personal Jokowi, termasuk keprihatinan Megawati atas Jokowi yang makin kurus, dan berlanjut pada pemberitaan kinerja Jokowi. Dalam dua bulan terakhir, volume pemberitaan Jokowi meningkat beriringan dengan wacana capres.
“Awalnya, orang berharap Jokowi menjadi antitesa dari gaya kepemimpinan yang ada saat ini, lama-lama tidak cukup hanya bicara gaya, berlanjut pada kerja yang dilakukan. Antara gaya kepemimpinan dan kinerja yang dianggap positif membuat media banyak menuliskan Jokowi,” pengamat politik dari Universitas Gadjah Mada, AA GN Ari Dwipayana, memberikan pandangan.
Isu personal, imbuh Rustika, tidak terlihat dalam pemberitaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Bagaimana dengan sosok lain? Menurut Rustika, topik terbesar Dahlan Iskan dalam setahun terakhir mengarah pada jabatan sebagai Menteri BUMN dan aktivitas yang dilakukan, seperti pertemuan dengan DPR, KPK, dan terakhir mengenai konvensi.
Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, kata dia, yang juga ikut dalam konvensi Partai Demokrat, pemberitaannya didominasi oleh kinerjanya mulai dari soal membeli produk lokal sampai pedagang pasar.
''Tigapuluh persen dari seluruh pemberitaan membicarakan wacana capres. Gabungan volume Gita dan Dahlan hampir sebanding dengan pemberitaan Jokowi,'' ungkap Rustika.
Wacana capres yang didengung-dengungkan media menjadi salah satu faktor penting dalam peningkatan volume pemberitaan tokoh-tokoh selain Presiden SBY. Menurut Rustika, perbincangan mengenai capres di media menguat lebih dari empat kali lipat mulai Juli dibandingkan rata-rata pemberitaan Februari-Juni 2013 yang berkisar 1.000 pemberitaan sebulan.
Pemberitaan capres menguat sepanjang bulan Juli-Agustus yang mencapai 4.800. Rustika menuturkan, jumlah pemberitaan yang massif tentunya mengikuti arah yang sedang berkembang dalam masyarakat.
"Andai kita percaya bahwa media dan masyarakat adalah dua hal yang saling bercermin, dari analisis konten yang ada, sepertinya tengah ada kerinduan pada sosok. Popularitas sosok tertentu lebih dibicarakan ketimbang janji-janji kampanye atau program yang ditawarkan partai,'' kata Rustika.
Top Person Topik Capres
1. Jokowi 6.727 berita
2. Susilo Bambang Yudhoyono 5.608 berita
3. Aburizal Bakrie 2.995 berita
4. Prabowo 2.278 berita
5. Jusuf Kalla 2.177 berita
6. Mahfud MD 2.085 berita
7. Megawati 2.048 berita
8. Dahlan Iskan 1.980 berita
9. Gita Wirjawan 1.819 berita
10. Marzuki Alie 1.680 berita
Sumber: Indonesia Indicator