REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar politik dari UGM Hanta Yuda mengatakan Konvensi Demokrat dapat dikatakan sebuah pertaruhan politik terutama dalam merekrut 11 tokoh yang kini telah resmi menjadi peserta konvensi partai berkuasa.
"Ada pertaruhan politik dan sedikit bentuk keterputusan kaderisasi internal partai. Memang kaderisasi sempat dimulai di awal tapi saat menuju klimaks dalam konteks ini pemilu, para kader internal terbatasi atau tersingkir oleh tokoh-tokoh luar partai," kata Hanta dalam sebuah diskusi di Media Center KPU, Jakarta, Jumat.
Komentar dari Direktur Eksekutif Pol-Tracking Institute tersebut muncul dalam menanggapi banyaknya partai termasuk Demokrat yang berupaya merekrut tokoh di luar partai. Baik untuk keperluan pemilu legislatif ataupun pemilu presiden seperti Konvensi Partai Demokrat.
Menurutnya, terdapat kecenderungan partai melakukan kaderisasi internal. Akan tetapi, di saat mendekati pemilu parpol justru mengambil langkah pragmatis dengan mencomot berbagai tokoh populer.
"Meski begitu, faktor popularitas tidak menjadi penentu utama. Sebagai contoh terjadi pada Pemilu 2009. Saat itu dari sekitar 40 artis yang 'nyaleg' ternyata hanya 18 orang yang benar-benar melenggang ke parlemen," kata dia.
Menurutnya terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keterpilihan artis di antaranya adalah integritas dan akseptabilitas.
"Popularitas saja tidak cukup. Maka harus ada faktor pendukung lainnya seperti integritas, elektabilitas dan akseptibilitas."
Hanta memberikan apresiasi bagi PD yang menggelar konvensi lantaran memberikan tempat bagi publik untuk menentukan siapa saja calon yang akan maju dalam pilpres.
"Konvensi merupakan salah satu jalur yang memungkinkan sejumlah orang noninternal partai untuk masuk."
Namun, Hanta juga mengkritisi mekanisme konvensi.
"Tidak ada jaminan Konvensi PD itu akan berlangsung sepanjang periode pemilu. Artinya pelibatan publik dalam menentukan capresnya tidak terjamin akan berulang pada pemilu edisi berikutnya. Selain itu, konvensi memiliki kelemahan terhadap undangan peserta di mana para kontestan yang ikut adalah melalui jalur undangan bukan pendaftaran untuk umum," katanya.
Konvesi yang Terbuka
Dewan Penasihat The Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Jeffrie Geovanie sejak jauh-jauh hari justru mengusulkan agar pendaftaran konvensi bersifat terbuka.
Artinya, kata dia, Konvensi Capres itu tidak hanya diikuti kader Demokrat. Dengan begitu, lanjut Jeffrie, tokoh-tokoh alternatif dari generasi baru bisa ikut konvensi.
"Setahu saya Demokrat akan membuat konvensi terbuka. Tentu Demokrat tidak membatasi generasi. Tapi jelas terbuka terhadap generasi baru, yang merupakan generasi pemilih mayoritas," tuturnya.
Ia juga mengingatkan agar penjaringan capres digelar terbuka dan demokratis."Harapan saya Demokrat terbuka dalam mekanisme dan penetapan hasil akhir dari konvensi ini. Harusnya begitu. Kalau tidak, akan jadi bumerang," kata Jeffrie.
Jeffrie tercatat sebagai pengamat yang pertama kali menyarankan agar partai politik menggelar konvensi untuk menjaring calon presiden. Ia berharap yang menentukan siapa yang menjadi calon presiden di antara peserta konvensi itu adalah rakyat, pemilih pada umumnya.
"Kalau survei pemilih nasional yang menjadi basis dalam mengambil keputusan, maka calon yang ditetapkan akan sangat mencerminkan aspirasi pemilih nasional," jelasnya.