REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Sejak tragedi 9/11 hingga kini Islamofobia menjadi sebuah mesin berkekuatan besar yang menyudutkan umat Islam di seluruh dunia. Hal ini dipaparkan profesor Muslim asal AS dalam International Confrence on Islamofbia, Ahad (15/9).
"Apa yang Anda lihat saat ini ketakutan irasional. Setiap dialog yang dibangun mengekspresikan ketakutan terhadap Islam," kata John L Esposito, Profesor Agama, Studi Internasional dan Islam, Georgetown University, seperti dikutip World Bulettin.
Menurut Esposito, apa yang disimpulkan dalam dialog itu seolah menguatkan kebenaran tanpa adanya bukti, substansi dan mereka tidak berani berdebat secara langsung bersama umat Islam di ruang publik.
"Saya bisa katakan disini, kekuatan Islamofobia hari ini datang seiring kehadiran sosial media. Ini yang memberikan pengaruh besar terhadap masyarakat, jauh lebih besar pengaruhnya ketimbang media tradisional," ujar dia.
Esposito mencontohkan bagaimana masalah Islamofobia ini menjadi runyam ketika banyak pihak yang tidak paham soal Islam dan Muslim menyatakan pemikiran yang tidak seharusnya.
Misalnya, ketika masyarakat mempertanyakan keabsahan penerapan hukum syariah. Ironisnya, mereka yang tidak tahu apa hukum syariah itu justru ambil bagian dalam pembuatan aturan anti penerapan hukum syariah.
Pakar Antisemit dan Konflik Israel-Palestina, Norman Gary Finklestein sependapat dengan koleganya itu. Menurut dia, masalah Islamofobia dan anti-Semit itu implementasi dari generalisasi sebuah komunitas agama. Ini menyakitkan dan irasional.
"Muslim itu teroris. Label dan definisi macam itu justru menjauhkan masyarakat menemukan realitas sesungguhnya," kata Norman.