REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Serangkaian pemboman mobil melanda Baghdad dan menewaskan 34 orang di Irak pada Selasa (18/9), kata para perwira keamanan dan medis. Serangan-serangan itu terakhir dalam gelombang kekerasan yang membunuh lebih 4.200 orang tahun ini. Angka itu tertinggi sejak tahun 2008 ketika perang brutal antarkelompok terjadi di Irak.
"Fenomena pengeboman dengan mobil yang masih berlangsung hingga kini meningkat dari segi volume. Jumlah korban tampak bertambah," kata Jessica Lewis, seorang analis di Institut Studi Perang yang berkedudukan di Washington, kepada kantor berita Prancis AFP.
Menurut dia, serangan-serangan dengan menyasar warga sipil membantu kelompok militan memperoleh publikasi. Kekerasan di bagian utara Irak menewaskan tujuh orang lain, semuanya anggota pasukan keamanan.
Sedikitnya tujuh bom mobil meledak di Baghdad sejak sekitar pukul 17.00 waktu setempat (pukul 21.00 WIB) ketika warga Irak sedang berbelanja atau berkunjung ke kafe. Dalam ledakan-ledakan itu sebanyak 26 orang meninggal, kata para perwira dan pejabat medis. Sedikitnya enam orang meninggal dalam ledakan-ledakan bom di Zafraniyah, di bagian timur Baghdad.
Pada Selasa pagi, seorang pejabat provinsi ditembak mati di bagian timur laut ibu kota Irak itu. Sejauh ini belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut tetapi sering kali terjadi konflik antarkelompok berbeda aliran dengan dugaan ada dukungan dari jaringan Alqaidah.
Menurut catatan AFP, jumlah korban dalam kekerasan paling akhir selama September ini mengalami kenaikan dengan jumlah tambahan menjadi lebih 400 orang.