REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Mantan Ibu Negara Amerika Serikat (AS), Hillary Clinton menyatakan dia siap maju lagi dalam pemilihan presiden di Negeri Paman Sam itu 2016 mendatang. Meski demikian, Clinton mengaku dia tetap pragmatis dan realistis melihat prospeknya untuk 2016.
Dalam sebuah wawancara perdana sejak meninggalkan pemerintahan Barack Obama delapan bulan lalu, mantan menteri luar negeri AS ini masih belum merinci jadwal, keputusan, dan langkah-langkah konkritnya untuk memuluskan misinya di 2016.
"Saya cukup pragmatis dan realistis memandang tantangan politik dan pemerintahan yang dihadapi pemimpin kita. Saya akan tetap melakukan apa yang saya bisa untuk mengadvokasi nilai-nilai kebijakan yang saya pikir tepat untuk negara ini," ujar Clinton, dilansir dari the Guardian, Senin (23/9).
Mantan senator New York ini mengaku dia tidak terburu-buru. Dia bahkan ingin memulai kembali proses berpolitiknya dengan cara yang santai, misalnya bertemu dengan seseorang di sebuah pesta sambil membicarakan hal-hal politik yang penting. Empat tahun terakhir, menurut Clinton sangat cukup baginya untuk memperdalam dan memperluas pemahamannya tentang tantangan dan peluang yang dihadapinya nanti.
Jika Clinton mengikuti bursa presiden AS pada 2016 nanti, dia akan menjadi pelopor Partai Demokrat. Dalam sebuah jajak pendapat yang dilakukan CNN/ORC pekan lalu, sebanyak 65 persen dari Partai Demokrat bahkan independen akan mendukung Hillary dalam pemilihan Joe Biden, wakil presiden dan potensi pesaing terdekatnya bahkan hanya menerima 10 persen dukungan.
Pemimpin minoritas dari parlemen Partai Demokrat di California, Nancy Pelosy menyatakan bahwa jika Clinton memenangkan kursi kepresidenan, dia akan menjadi salah satu orang yang paling berpengalaman untuk memasuki Gedung Putih dalam waktu lama.
Menurut Pelosy, Hillary lebih siap dibandingkan Presiden Obama, lebih mantap dari mantan Presiden Bush, bahkan lebih siap dari suaminya, mantan Presiden Bill Cinton, untuk memimpin AS.
"Aku mengakuinya," ujar Pelosy.