REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Agama (Kemenag) berjanji akan mengevaluasi pemberian bantuan siswa miskin (BSM) dalam waktu dekat. Evaluasi ini didasarkan pada masih sedikitnya siswa miskin yang mendapat BSM karena prosedur yang disyaratkan susah terpenuhi.
Prosedur tersebut, sesuai Peraturan Menteri Keuangan (PMK) adalah, BSM harus diserahkan langsung melalui rekening siswa madrasah. Hal ini menurut Kemenag, cukup merepotkan karena tidak semua siswa miskin memiliki rekening Bank.
"BSM ini sulit direalisasikan karena PMK itu, karena banyak orang tua siswa yang tidak punya rekening, apalagi anak-anak mereka," ujar Bahrul saat menutup Rapat Koordinasi Bidang Madrasah Pusat dan Daerah, Selasa (24/9) malam di Bandung.
Ini akan segera dibicarakan dengan pihak Kementerian Keuangan untuk mencari solusi terbaik. Karena itu, pihaknya akan mengkaji kembali kelebihan dan kekurangan sistem siswa harus memiliki rekening sesuai yang disyaratkan PMK. Sedangkan, apabila menggunakan rekening tampungan dinilai terlalu beresiko.
Alternatif paling solutif, menurut dia, adalah memakai rekening BOS untuk menampung BSM, karena setiap Madrasah memiliki rekening. Namun harus tetap dikuatkan dengan sistem, sebagai bukti pertanggung jawaban dan pengawasan. Seperti siswa penerima melakukan tanda tangan, diketahui komite dan tim peninjau.
Direktur Pendidikan Madrasah, Nur Kholis Setiawan mengatakan, percepatan penyaluran BSM ini penting sebagai bagian dari program bantuan langsung pemerintah. Sayangnya dengan aturan rekening ini membuat penyaluran BSM saat ini jauh lebih kecil dibanding tahun lalu.
Ia mengungkapkan, data tahun lalu penyaluran BSM mencapai 1,8 juta siswa. Namun pada tahun ini diperkirakan jumlah penyalurannya jauh lebih kecil.
Pihaknya menilai kecilnya penyaluran ini, karena staf dan aparatur di Kemenag berhati-hati jangan sampai dalam penyaluran membuat kemenag sebagai pihak yang dipersalahkan karena tidak sesuai prosedur yang telah disyaratkan.