Selasa 01 Oct 2013 21:01 WIB

Hidayat: Berpolitik Santun Terjemahan dari Hari Kesaktian Pancasila

Hidayat Nur Wahid
Foto: Republika/Agung Supriyanto
Hidayat Nur Wahid

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Partai Keadilan Sejahtera menilai Hari Kesaktian Pancasila yang diperingati setiap 1 Oktober, harus diterjemahkan dalam perilaku politik yang santun dan bermartabat.

"Hari Kesaktian Pancasila perlu diperingati apalagi kita berada di tahun politik, seringkali terjadi hinggar bingar politik yang kadang muncul politik menghalalkan segala cara. Ini hal harus dikritisi, karena Pancasila tidak mengajarkan hal demikian," kata Ketua Fraksi PKS di DPR, Hidayat Nur Wahid di Gedung DPR Jakarta, Selasa (1/10).

Hidayat menegaskan, jika kelima sila dalam Pancasila dilaksanakan dengan baik, maka pelaksanaan proses politik di Indonesia akan berjalan dengan nyaman, damai dan indah. Karenanya, ia mengajak semua kalangan untuk menghindari politik yang memfitnah dan menyandera salah satu pihak yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

"Melakukan politik yang tidak adil dan fitnah itu kan tidak manusiawi," tegasnya.

Namun dia menegaskan, nilai-nilai pancasila itu tidak hanya harus diimplementasi dalam proses politik semata namun dalam semua proses kehidupan berbangsa dan bernegara.

Selain itu dia menilai dalam peringatan Hari Kesaktian Pancasila tahun ini, penting dilakukan rekonsiliasi antara keturunan korban dan keturuan pihak yang dituduh terlibat G30S tahun 1965. "Misalnya keturunan PKI namun tetap memiliki hak yang sama sebagai warga negara Indonesia," tegasnya.

Hal itu menurut dia wajar apabila negara memfasilitasi proses tersebut agar tidak ada anak bangsa yang mendapat stigma negatif, mengingat setiap warga negara memiliki hak yang sama. Dia yakin saat ini ideologi keIndonesiaan sudah berkembang luas dan dimaknai secara mendalam sehingga stigma negatif harus dihilangkan.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement