Kamis 03 Oct 2013 20:47 WIB

Macan Kumbang Turun Ke Pemukiman, Ini Sebabnya

Macan Kumbang
Macan Kumbang

REPUBLIKA.CO.ID, LUMAJANG -- Pihak Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) masih menyelidiki penyebab turunnya macan kumbang hitam ke kawasan permukiman di Desa Sentul, Kecamatan Sumbersuko, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Rabu (2/10).

"Kami masih menyelidiki hal itu, namun kemungkinan besar macan kumbang itu tersesat dan terpisah dari induknya karena umurnya sekitar 2-3 tahun, serta besarnya seukuran kambing dewasa," kata Kepala Balai TNBTS Ayu Dewi Utari saat dihubungi dari Lumajang, Kamis (3/10).

Menurut dia, jarak kawasan hutan TNBTS menuju lokasi turunnya macan kumbang di perkampungan sejauh 15 kilometer, padahal ruang gerak macan kumbang untuk mencari makanan biasanya sejauh 5 kilometer. "Petugas masih belum bisa memastikan apakah macan kumbang itu berasal dari kawasan TNBTS atau dari kawasan hutan lain, namun lereng Gunung Semeru menjadi salah satu habitat satwa yang dilindungi tersebut. Ada dua pasang macan kumbang di sana," tuturnya.

Ayu menuturkan sumber mata air di kawasan hutan TNBTS masih tersedia, meskipun saat ini musim kemarau cukup panjang karena petugas sudah melakukan pengecekan terhadap sejumlah sumber mata air di sana. "Biasanya macan kumbang yang mencari makan langsung menuju ke tempat sasarannya seperti di kandang ternak, sehingga tidak masuk ke rumah warga seperti yang terjadi di Desa Sentul pada Rabu (2/10)," katanya.

Saat masuk ke rumah warga, lanjut dia, pihak TNBTS melakukan koordinasi dengan petugas Taman Safari Indonesia (TSI) Prigen dan pihak Koramil bersama Polres Lumajang untuk mengamankan hewan langka itu. "Awalnya petugas berusaha menembak bius macan kumbang hitam itu, namun tiga petugas TSI dan seorang anggota Polres justru diserang hingga mengalami luka yang cukup parah di bagian wajah dan kepala, sehingga dilarikan ke Rumah Sakit Bhayangkara Lumajang," tuturnya.

Ia menjelaskan polisi terpaksa menembak dengan senjata api karena macan liar itu tidak bisa dilumpuhkan dengan peluru kosong dan peluru karet, sehingga dikhawatirkan melukai banyak orang yang berkerumun di sekitar lokasi kejadian.

"Untuk mengantisipasi kejadian serupa, kami mengimbau agar masyarakat tidak melakukan perburuan babi hutan dan ayam hutan di kawasan hutan konservasi TNBTS karena hewan itu menjadi makanan hewan karnivora liar seperti macan kumbang dan macan tutul," ujarnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement