Sabtu 05 Oct 2013 18:25 WIB

Mongolia Jadi Anggota APEC ke-22

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Mansyur Faqih
APEC CEO SUMMIT 2013  Delegasi melintas di depan baliho APEC CEO Summit 2013 di Nusa Dua, Bali, Sabtu (5/10/20103)
Foto: ANTARA FOTO
APEC CEO SUMMIT 2013 Delegasi melintas di depan baliho APEC CEO Summit 2013 di Nusa Dua, Bali, Sabtu (5/10/20103)

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Mongolia menggabungkan diri sebagai anggota ke-22 Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) tahun ini. Menteri Luar Negeri Mongolia, Bold Luvsanvandan menyampaikan aspirasinya dalam APEC Ministerial Meeting, Sabtu (5/10).

"Ini adalah salah satu prioritas kebijakan luar negeri kami. Ini semua kembali pada 1993 ketika Mongolia mengajukan secara resmi rencananya menjadi anggota APEC," ujar Luvsanvandan di Nusa Dua, Sabtu (5/10).

Mongolia terletak di kawasan Asia Pasifik dan diapit oleh dua negara ekonomi terbesar di dunia, yaitu Rusia dan Cina. Samudra Pasifik adalah pintu gerbang laut untuk mengakses Mongolia.

Luvsanvandan mengatakan, Mongolia menjadi bagian dari Asia Pasifik bukan hanya karena letak geografisnya, tetapi juga fakta politik. Mongolia adalah anggota dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sehingga, memiliki hubungan ekonomi yang besar dan luas dengan negara-negara anggota APEC saat ini.

Persentase perdagangan Mongolia dengan negara anggota APEC juga tinggi. Sebanyak 89,5 persen dari omset perdagangan luar negeri Mongolia berasal dari ekonomi APEC, termasuk 50,62 persen berupa foreign direct investment (FDI).

Mitra ekspor Mongolia adalah Cina, Kanada, dan Rusia. Ketiga negara anggota APEC ini merupakan tujuan ekspor Mongolia yang utama, dengan kontribusi 96,4 persen. Sedangkan mitra impor Mongolia adalah Rusia, Cina, Amerika Serikat (AS), Jepang, dan Republik Korea yang porsinya mencapai 76,8 persen.

Mineral adalah salah satu komoditas ekspor Mongolia. Negara ini memiliki cadangan tembaga hingga 83,807 juta ton, batu bara 18,473 juta ton, emas 2,4 juta ton, dan seng 1,74 juta ton. Negara ekonomi APEC merupakan pasar utama eskpor mineral Mongolia.

Mongolia akan terus memasok komoditas dagangnya, terutama ke negara Asia Pasifik yang secara substansial akan meningkatkan ekonomi nasional pada masa depan. Negara ini mendorong kebijakan liberalisasi pasar bebas.

Luvsanvandan mengakui, perdagangan luar negeri yang terbuka berperan penting dalam kemajuan ekonomi Mongolia. Karenanya, negara ini mendukung rezim investasi dan perdagangan terbuka di masa depan. "Saat ini kami sudah memiliki perjanjian perdagangan bilateral dengan 44 negara," ujar Luvsanvandan. 

Baru-baru ini, Mongolia dan Amerika Serikat sudah menandatangani perjanjian transparansi terkait dengan perdagangan internasional dan investasi. Untuk menyambut pasar bebas ini, Mongolia sudah siap dengan lima koridor transit ekonomi yang dirangkai dalam proyek skala besar.

Pertama, jaringan kereta api baru untuk angkutan barang ke negara-negara ekonomi APEC, yaitu Trans-Mongolia Railway. Kedua, jaringan jalan baru yang menghubungkan titik perbatasan utara Mongolia ke selatan. Terakhir, tiga proyek yang saat ini masih mencapai level konseptual, mencakup jaringan pipa gas, pipa minyak, dan transmisi listrik. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement