REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sejarawan Anhar Gonggong mengaku tak mau menggunakan istilah "korupsi" melainkan diganti istilah dengan "garong republik".
''Adanya "garong republik" di Indonesia itu adalah salah satu kegagalan pendidikan yang mencerahkan. Karena kalau dia berpendidikan yang mencerahkan tidak akan melakukan korupsi,'' tutur dia pada wartawan di sela-sela mengikuti Kongres Kebudayaan Indonesia Tahun 2013 di Royal Ambarukmo Yogyakarta, Selasa (8/10).
Menurut dia, yang mendirikan Republik Indonesia ini adalah orang-orang berpendidikan yang tercerahkan. ''Coba anda lihat, kalau Soekarno (red. Presiden RI Pertama) dan Hatta (Wakil Presiden RI pertama) hanya sebagai orang terdidik saja, dia akan bekerja sama dengan Belanda,''ungkap Anhar.
Tetapi karena Soekarno dan Hatta itu tercerahkan pendidikannya, kata dia menambahkan, maka mereka keluar masuk penjara. Kedua orang tersebut tidak sebagaimana orang yang berpendidikan saja.
''Kalau saya sebagai orang yang terdidik yang tercerahkan, apapun kedudukan saya, saya tidak akan memikirkan diri saya. Saya memikirkan orang lain, karena pendidikan saya mengharuskan untuk melakukan itu,'' ujarnya.
Menurut dia, banyaknya orang Indonesia yang menjadi "garong republik" itu yang salah ada berbagai macam penyebab. Tetapi bisa jadi personal yang bersangkutan