Kamis 10 Oct 2013 16:20 WIB

PBB Ingatkan Afghanistan Berisiko Jadi Negara Opium

Petugas keamanan Afghanistan menghancurkan ladang opium di Noorgal, Provinsi Kunar, Afghanistan.
Foto: AP/Rahmat Gul
Petugas keamanan Afghanistan menghancurkan ladang opium di Noorgal, Provinsi Kunar, Afghanistan.

REPUBLIKA.CO.ID, WINA -- Afghanistan berisiko menjadi negara produsen narkoba jika tidak ada dukungan internasional untuk membantu penciptaan lapangan kerja di negara tersebut.

Kepala Kantor PBB untuk Obat-Obat Terlarang dan Kriminal (UNODC), Yury Fedotov, Rabu (9/10) waktu setempat menggambarkan masa depan suram persoalan narkotika di Afghanistan satu tahun sebelum penarikan pasukan NATO pada tahun depan.

Dia mengatakan bahwa kehadiran pasukan NATO telah membantu menciptakan sepertiga total investasi dan lapangan kerja di Afghanistan.

Dengan demikian, Fedotov berpendapat bahwa pemerintah setempat harus segera bertindak sebelum pasukan NATO mengakhiri tugasnya.

''Penelitian tahunan UNODC yang akan dilakukan pada akhir bulan ini akan menunjukkan seberapa banyak peningkatan pembibitan dan produksi opium dibandingkan pada tahun 2012,'' kata Fedotov kepada Reuters dalam sebuah wawancara.

Afghanistan saat ini merupakan produsen nomor satu opium (bahan utama untuk membuat heroin) di dunia. Dari situlah Taliban diduga mendapatkan pendanaan untuk gerakan gerilyanya.

"Keadaan saat ini semakin memburuk dan ini sangat mengecewakan," kata Fedotov.

 

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
sumber : Antara/Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement