REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Ban Ki-moon, Kamis (10/10) memperingatkan memburuknya keamanan di Libya dan negara-negara lain yang dilanda 'Arab Spring' saat ia mengutuk penculikan singkat perdana menteri Libya.
Ban menyatakan lega dengan dibebaskannya Perdana Menteri Ali Zeidan. Dia menekankan dukungan kepada pemerintah Libya.
''Ban menegaskan kembali kutukannya atas penculikan perdana menteri," kata juru bicara PBB, Martin Nesirky, dalam sebuah pernyataan. "Libya sedang menghadapi memburuknya situasi keamanan dan meningkatnya tindakan kekerasan.''
''Sekjen menyerukan semua pihak di Libya dan rakyat Libya untuk membentuk konsensus prioritas nasional dan bekerja untuk membangun negara yang stabil, kuat, menghormati aturan hukum dan perlindungan hak asasi manusia," tambah juru bicara itu.
Ban mengatakan penculikan selama beberapa jam oleh mantan milisi pemberontak itu peringatan yang jelas tidak hanya untuk rakyat Libya, tetapi semua rakyat lainnya di kawasan di mana mereka berpengalaman transformasi politik.
"Hal ini tidak hanya terjadi di Libya," tambahnya. "Di banyak negara di mana mereka mengalami transformasi demokratisasi, kita masih melihat terus adanya kekerasan dan ketidakstabilan politik."