REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subiakto mengatakan, Indonesia kehilangan seribu triliun rupiah setiap tahun karena sistem ekonomi neoliberalisme yang ditanamkan pemerintah.
Kehilangan yang cukup besar tersebut, kata Prabowo, karena pemerintah terus memilih mencukupi kebutuhan impor di banding produksi dalam negeri.
"Setiap tahun kita kehilangan Rp 1000 triliun hanya untuk impor barang yang sebenarnya kalau dikelola dengan baik barang itu ada di bumi Indonesia," ujar Prabowo dalam Diskusi dan Silaturahim bersama tokoh bangsa kelima, yang digagas Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah, Kamis (17/10).
Contoh kecil ungkap Prabowo, pemerintah harus membayar untuk impor ikan teri dan garam, padahal negara kita negara maritim dan kepulauan. Belum lagi impor sumber makanan lain, dimana ini terus dilakukan di tengah pelemahan produksi nasional.
Akibat kegilaan impor ini, terang dia, rakyat Indonesia sekarang sudah tidak semangat lagi produksi, tapi lebih senang mengkosumsi. "Sehingga yang terjadi saat ini pelemahan kekuatan bangsa, ini gejala yg kita alami," ujarnya.
Menurut Prabowo, jika hal ini terus dibiarkan hingga sepuluh tahun ke depan, maka kerugian Indonesia mencapai Rp 10 ribu triliun. Sehingga, wajar dengan impor tersebut rakyat lebih senang berniaga dan sumber produksi hilang. Alhasil, jurang kaya miskin semakin lebar, ketidakadilan ekonomi semakin menyebar dan asing terus menguasai ekonomi Indonesia.