Ahad 20 Oct 2013 11:15 WIB

Kesultanan Banten Bertekuk di Bawah Benteng Speelwijk

Sisa peninggalan Benteng Speelwijk
Foto: Agung Suprianto/Republika
Sisa peninggalan Benteng Speelwijk

Oleh Angga Indrawan

REPUBLIKA.CO.ID, Benteng Speelwijk merupakan penanda kolonialisme Belanda mulai menggerogoti kedaulatan Kesultanan Banten di pertengahan abad ke-17.

Tak perlu jauh-jauh mencari bangunan Benteng Speelwijk. Lokasi bangunan autentik tanda era kejatuhan Kesultanan Banten ini hanya berjarak satu kilometer sebelah timur kompleks Keraton Surosowan. Benteng ini berada di salah satu sudut Desa Pamarican, Kabupaten Serang.

Benteng Speelwijk merupakan penanda kolonialisme Belanda mulai menggerogoti kedaulatan Kesultanan Banten di pertengahan abad ke-17. Nama benteng diambil dari nama gubernur jenderal saat itu Cornelis Speelman.

Dalam rekam sejarah, bangunan ini merupakan benteng yang dibuat di pantai utara Jawa sebagai benteng pertahanan dari serangan musuh. Saat itu, Belanda masih bersaing besar dengan bangsa Inggris dan Portugis.

“Masyarakat Banten juga masih secara subversif melakukan pemberontakan kepada kesultanan,” kata Direktur Bidang Riset dan Pengembangan Laboratorium Bantenologi Dr Helmy Faizi.

Benteng Speelwijk ini dibangun dalam kurun empat tahun antara 1681-1685 pada masa Sultan Abu Nashar Abdul Qahar pascapemakzulan terhadap sang ayah Sultan Ageng Tirtayasa. Luas Benteng Speelwijk tak jauh berbeda dengan luas Keraton Surosowan.

Pondasi bangunan benteng dibuat dari tumpukan batu karang yang direkatkan dengan kapur. Hal ini membuktikan, Benteng Speelwijk memang dibangun dari sisa puing kehancuran Surosowan pascapenyerangan pasukan Sultan Ageng Tirtayasa. Tinggi benteng yang dibuat mengelilingi areal setebal satu meter dengan ketinggian lebih dari tiga meter.

Menurut warga, semestinya ada papan informasi tentang beberapa titik bangunan yang tersebar di benteng. Hanya saja, pencurian dan tangan-tangan jahil membuat semua informasi penunjuk itu hilang.

Ada kemiripan model antara Benteng Speelwijk dan Surosowan lantaran benteng ini dirancang Hendrick Lucaszoon Cardeel, arsitek Belanda yang telah memeluk Islam pada saat itu.

“Benteng Speelwijk lebih difungsikan sebagai markas latihan serdadu Belanda di Banten,” kata Helmy menambahkan.

Mengelilingi areal luas bangunan benteng, bangunan ini jelas memiliki banyak kisah tragis. Bagaimana tidak, untuk membangun banteng yang dikelilingi menara pengintai berbentuk intan di tiap sudutnya ini, hanya membutuhkan waktu empat tahun.

Banyak yang mengatakan, mereka yang membangun benteng tersebut bukan pekerja paksa dari rakyat Banten. Para pekerja berasal dari etnis Tionghoa yang diperbudak di sini. Cerita yang mungkin bisa dipercaya lantaran kawasan itu merupakan wilayah lokalisasi para etnis Tionghoa.

Salah satu buktinya, persis di depan gerbang masuk benteng di sebelah barat, masih berdiri kokoh Vihara Avalokitesvara yang diprediksi seumuran dengan Benteng Speelwijk.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement