REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG — Lima buruh Semarang mulai melakukan aksi mogok makan untuk menuntut upah minimum kabupaten/ kota (UMK) yang lebih layak.
Kelimanya --yang tergabung dalam elemen Gerakan Buruh Berjuang (Gerbang)— menggelar aksi di taman pedestrian Jalan Imam Bardjo, Semarang.
Aksi mogok makan ini diawali dengan mendirikan tenda keprihatinan di lokasi aksi, yang berada di kawasan bundaran jalan Pahlawan, Semarang.
Selanjutnya lima orang buruh yang melakukan aksi mogok makan menutup mulut mereka dengan menggunakan lakban.
Koordinator aksi mogok makan, Ahmad Zaenudin mengatakan, aksi mogok makan ini merupakan bentuk keprihatinan atas kondisi buruh yang masih jauh dari kesejahteraan.
Melalui aksi ini, para buruh menuntut agar Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo lebih berpihak kepada buruh dengan menyepakati upah yang lebih layak.
"Tuntutan kami hanya satu, Gubernur Jawa Tengah mau melakukan intervensi strategis untuk kesejahteraan rakyat pekerja," katanya menegaskan, Selasa (22/10).
Ahmad juga menambahkan, selama ini, Kota Semarang merupakan daerah ibu kota provinsi dengan besaran UMK yang masih rendah.
Menurut analisa tim Gerbang Semarang, jelasnya, hal ini disebabkan adanya tiga faktor penentu yang disebutnya '3 kurang.'
Yakni meliputi kurang koordinasi dalam hal kebijakan upah, kurangnya kesamaan dimensi komponen penentu upah serta kurangnya intervensi startegis dari gubernur.
"Kami akan melanjutkan aksi mogok makan ini, sampai Gubernur Jawa Tengah mau membuka hati untuk memenuhi keinginan kaum pekerja," katanya melanjutkan.
Hingga berita ini diturunkan, ke- lima buruh yang melakukan aksi mogok makan terlihat hanya duduk- duduk di sekitar tenda keprihatinan.
Sementara dukungan moral dari sesama pekerja juga terus mengalir. Mereka bertekad melaksanaakan aksi mogok makan ini sampai aspirasi mereka didengar.
"Kami sudah bertekad bulat untuk memperjuangkan aspirasi kaum pekerja, apapun kondisi dan resikonya," ujar Heru, salah seorang pelaku aksi mogok makan.