Senin 28 Oct 2013 14:32 WIB

Kibarkan Bendera Bintang Kejora, Enam Orang Diljerat UU Darurat

Bintang Kejora, bendera Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Foto: napiremkorwa.blogspot.com
Bintang Kejora, bendera Organisasi Papua Merdeka (OPM).

REPUBLIKA.CO.ID, BIAK -- Enam terdakwa kasus makar pengibaran bendera Bintang Kejora di Kampus Pendidikan Latihan (Diklat) Kabupaten Biak Numfor, dijerat dakwaan berlapis Undang-Undang (UU) Darurat Nomor 12 tahun 1951 dan Pasal 106 KUHP junto pasal 55.

Keenam terdakwa itu, yakni, Oktovianus Warnares, George Simyapen, Yosef Arwakom, Dance Wamaer, Markus Sawias serta Johanis Bosyerem.

Hal tersebut terungkap dalam dakwaan penuntut umum pada persidangan perkara tersebut yang dipimpin hakim Demon Sembiring di Pengadilan Negeri Biak, Papua, Senin.

Tim Jaksa penuntut umum yang dipimpin Kepala Kejaksaan Negeri Biak Made Jaya Ardhana membacakan sendiri dakwaan kepada enam terdakwa makar secara bergantian.

"Para terdakwa pada 1 Mei 2013, melakukan pengibaran bendera 'Bintang Kejora' sambil berteriak Papua Merdeka dan mengajak peserta pra jabatan untuk ikut," ujar Kajari Made Jaya Ardhana.

Selain ikut serta mengibarkan bendera Bintang Kejora para terdakwa juga terbukti membawa senjata jenis "air softgun" dan menggunakan pakaian loreng mirip baju TNI.

Setelah mendengarkan dakwaan, keenam terdakwa melalui kuasa hukumnya Ivonia Sonya Tetjuari, menyatakan, tidak akan menyampaikan eksepsi atau pembelaan dari masing-masing terdakwa atas dakwaan tersebut melainkan akan disatukan dalam persidangan berikutnya.

Ketua majelis hakim Demon Simbiring menunda sidang hingga 6 November 2013 mendatang dengan agenda mendengarkan keterangan saksi dari Penuntut Umum Kejaksaan Negeri Biak.

Sementara itu, sidang perdana kasus makar pengibaran bendera Bintang Kejora 1 Mei 2013, dijaga puluhan aparat Kepolisian Resort Biak Numfor serta personel intelijen TNI/Polri.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
سَيَقُوْلُ الْمُخَلَّفُوْنَ اِذَا انْطَلَقْتُمْ اِلٰى مَغَانِمَ لِتَأْخُذُوْهَا ذَرُوْنَا نَتَّبِعْكُمْ ۚ يُرِيْدُوْنَ اَنْ يُّبَدِّلُوْا كَلٰمَ اللّٰهِ ۗ قُلْ لَّنْ تَتَّبِعُوْنَا كَذٰلِكُمْ قَالَ اللّٰهُ مِنْ قَبْلُ ۖفَسَيَقُوْلُوْنَ بَلْ تَحْسُدُوْنَنَا ۗ بَلْ كَانُوْا لَا يَفْقَهُوْنَ اِلَّا قَلِيْلًا
Apabila kamu berangkat untuk mengambil barang rampasan, orang-orang Badui yang tertinggal itu akan berkata, “Biarkanlah kami mengikuti kamu.” Mereka hendak mengubah janji Allah. Katakanlah, “Kamu sekali-kali tidak (boleh) mengikuti kami. Demikianlah yang telah ditetapkan Allah sejak semula.” Maka mereka akan berkata, “Sebenarnya kamu dengki kepada kami.” Padahal mereka tidak mengerti melainkan sedikit sekali.

(QS. Al-Fath ayat 15)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement