REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Pemerintah Turki membuka terowongan rel kereta api yang menghubungkan Asia dan Eropa. Terowongan itu diperkirakan bisa mengangkuk maksimum 1,5 juta penumpang per hari.
Rencana pembangunan itu sebelumnya sudah dirancang sejak 150 tahun lalu, saat Dinasti Ottoman Sultan Abdulmecid I membuat sketsa terowongan bawah tanah yang menghubungkan kerajaannya ke Eropa. Namun, kurangnya teknologi dan pembiayaan membuat misi itu urung terlaksana.
Pada Selasa (29/10), rencana itu akan terealisasi saat Negeri Dua Benua itu membuka terowongan rel Marmaray yang menghubungkan sisi Eropa dan Asia. "Nenek moyang kita bekerja para proyek terowongan. Ini jatuh kepada kita untuk mewujudkannya," ujar Perdana Menteri Turki, Recep Tayyip Erdogan dilansir Al-Arabiya edisi Senin (28/10).
Meski resmi dibuka, terowongan kereta api belum sepenuhnya beroperasi. Terowongan itu diharapkan meringankan seperlima dari lalu lintas padat Istanbul.
Erdogan mulai menggarap rencana terowongan pada 2004 sebagai salah satu dari banyak proyek ambisius kota. Proyek itu termasuk jembatan, sebuah kanal paralel, dan bandara ketiga.
Pembangunan terowongan dijadwalkan empat tahun, tetapi mengalami serangkaian penundaan karena ditemukan artefak bersejarah dalam situs tersebut. Pada Juni lalu, gelombang protes anti-pemerintah melanda negara itu dimana penduduk menolak rencana pembangunan perkotaan yang menghilangkan ruang terbuka hijau.