REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PDI Perjuangan tidak akan menjadikan faktor usia sebagai kriteria utama calon presiden. Partai berlambang kepala banteng itu lebih mengedepankan faktor kapasitas, kapabilitas, dan rekam jejak figur dalam menyelesaikan persoalan bangsa.
“Bukan soal dikotomi tua atau muda yang penting bisa menyelesaikan masalah rakyat,” kata Ketua DPP PDI Perjuangan Maruarar Sirait ketika dihubungi Republika, Selasa (29/10).
Ketua Umum Taruna Merah Putih ini mengatakan PDI Perjuangan menentang politik dinasti yang berbau feodalisme. Hal ini karena menurutnya, Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Sukarnoputri selalu mengedepankan asas meritokrasi dalam setiap proses regenerasi kepemimpinan.
Dia menjelaskan, Megawati tidak ingin kader-kader muda PDI Perjuangan meraih kekuasaan dengan cara instan. “Ibu Mega selalu mengatakan anak muda yang ingin menjadi pemimpin harus matang. Jangan karbitan,” ujarnya.
Dia menjelaskan, kematangan pengalaman merupakan kata kunci keberhasilan seorang pemimpin. Maruarar mengatakan anak muda yang tidak matang pengalaman cenderung terombang-ambing dalam mengambil keputusan.
Menurutnya, mereka tidak memiliki prinsip ideologis yang matang. “Anak muda yang tidak punya prinsip sangat mudah dimanfaatkan oleh orang yang ingin menyalahgunakan kekuasaan,” katanya.
Maruarar menjadikan Megawati sebagai contoh tokoh politik yang matang secara pengalaman. Menurutnya jauh sebelum menjadi ketua umum partai, Megawati sudah menjalani proses kaderisasi dari tingkat bawah.
“Bu Mega bukan sekadar anak Bung Karno. Beliau melalui proses mulai dari aktivis mahasiswa, menjadi pengurus DPC PDIP Jakarta Selatan, menjadi anggota DPR, hingga melawan Orde Baru,” ujarnya.
Kriteria capres yang akan didukung PDI Perjuangan harus memiliki rekam jejak positif di bidang ekonomi, penegakan hukum, dan menjaga pluralisme.
“Ekonomi Bukan hanya pertumbuhan, tapi pemerataan. Kedua, produk hukum supaya tidak tebang pilih. Ketiga, soal pluralisme. Begitu banyak kekerasan yang berbau sara,” kata Maruarar.