REPUBLIKA.CO.ID, TEPI BARAT -- Otoritas Senior Palestina, Yasser Abed Rabbo mengatakan, posisi Israel dalam negosiasi dengan Palestina merupakan yang terkeras sejak sebelum kesepakatan Oslo 1993. Dia menilai negosiasi itu tidak memiliki perkembangan yang sesuai dengan jadwal.
Pemimpin Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) tersebut mengatakan, posisi Israel dalam negosiasi merupakan yang terburuk dalam 20 tahun terakhir. Padahal, pembicaraan sebelumnya telah vakum sejak tiga tahun lalu.
Pernyataan itu dikeluarkan setelah Israel membebaskan 26 tahanan Palestina dalam tahap kedua pembebasan 104 tahanan. Pembebasan itu merupakan bagian dari komitmen Israel dalam pembicaraan damai yang dimediasi AS.
"Mereka ingin keamanan dulu, dan perbatasan dengan Palestina harus disususn berdasarkan kebutuhan keamanan Israel yang tidak pernah berakhir, dan itu akan merusak kemungkinan pembentukan negara Palestina yang berdaulat," ujar Abed Rabbo dikutip Al-Jazeera, Selasa (29/10).
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu bersikeras menghadirkan militer di wilayah Lembah Yordan di Tepi Barat. Meski pun Palestina menolak hal tersebut.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry memediasi pembicaraan damai Israel dan Palestina setelah vakum sejak September 2010. Senin lalu, Kerry mengatakan perundingan Israel-Palestina telah diintensifkan.
Sejak Juli lalu, dia mengatakan ada 13 pertemuan langsung yang telah terjadi. "Jalannya telah diintensifkan, semua isu-isu inti di atas meja dan mereka telah melakukan pertemuan dengan intensitas meningkat," ujar Kerry.