Senin 04 Nov 2013 06:47 WIB

Harga Pakan Ikan Naik

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Fernan Rahadi
Pakan ikan (ilustrasi)
Foto: bibitikan.net
Pakan ikan (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, PURWAKARTA -- Harga pakan untuk ikan budidaya air tawar, mengalami kenaikan sejak beberapa akhir September lalu. Kenaikannya cukup signifikan. Mencapai Rp 61 ribu per kuintal. Kondisi ini, tidak berbanding lurus dengan harga ikan, yang saat ini mulai turun. Akibatnya, para pembudidaya ikan di Waduk Jatiluhur terancam gulung tikar.

Ande (50 tahun), salah seorang pembudidaya ikan di Waduk Jatiluhur Zona I Kampung Pasir Seureuh, Desa/Kecamatan Jatiluhur, mahalnya harga pakan ini sudah mulai terasa sejak sebulan terakhir. Bahkan, selama sebulan kemarin kenaikannya sudah terjadi empat kali. Saat ini, harga pakan ikan mencapai Rp 771 ribu per kuintal. Padahal, sebelumnya hanya Rp 720 ribu per kuintal.

 

"Kenaikan ini membuat pembudidaya pusing tujuh keliling," ujarnya, kepada sejumlah media, Ahad (3/11).

Kenaikan harga yang cukup signifikan ini, lanjut dia, sangat berpengaruh pada modal produksi. Apalagi, saat ini harga ikan sedang turun. Untuk pembelian pakan, mencapai Rp 7,2 juta. Sebab, dalam satu petak dibutuhkan pakan sebanyak seton.

Akan tetapi, hasil budidaya dari satu kolam hanya menghasilkan enam kuintal ikan mas. Dengan harga mencapai Rp 9 juta. Jadi, keuntungan yang dihasilkan pembudidaya sangat tipis. Modal untuk pakannya saja mencapai Rp 7,2 juta. Sedangkan, hasilnya hanya Rp 9 juta.

"Belum lagi modal benur ikan, serta biaya operasional selama tiga bulan," ujarnya.

Ande mengaku, situasi tersebut akan semakin berat. Apalagi, pembudidaya baru bisa panen kisaran 2,5 sampai tiga bulan kedepan. Terlebih lagi, saat ini harga ikan sedang merosot. Yakni, hanya Rp 18 ribu per kilogram. Idealnya, ketika harga pakan ikan naik, harga ikan pun turut serta. Yaitu, mencapai Rp 22 ribu pe kilogram.

"Kalau harga ikannya Rp 22 ribu per kilogram, kami masih punya keuntungan yang lumayan," ujarnya.

Dia menambahkan, selain resiko ketidakstabilan harga bagi pembudidaya yang berada di semua zona Waduk Jatiluhur yaitu adanya ancaman kematian massal. Jika sudah demikian, solusinya yakni dengan mengurangi volume ikan yang ditanam. Selain itu, melakukan panen dini jika ada gelagat terjadinya arus balik atau umbalan.

 

Sementara itu, Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Kabupaten Purwakarta, Herry Herawan mengatakan, sampai saat ini belum ada laporan soal kematian ikan secara massal di Waduk Jatiluhur. Kematian biasanya terjadi karena terlalu padatnya pembudidaya di lokasi tersebut. Terkait harga pakan, persoalan itu diserahkan kepada harga pasar.

 

"Kita belum mendapat laporan soal kematian ikan. Tapi kita menghimbau agar pembudidaya lebih jeli dan segera ambil tindakan panen dini, jika melihat gejala-gejala terjadinya arus balik," ujarnya.

Sedangkan dengan kenaikan harga, pihaknya tak bisa apa-apa. Sebab, harga ditentukan langsung oleh pasar. Pemerintah tak punya kewenangan untuk intervensi soal harga pakan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement