REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Keenam negara besar dunia yang berunding dengan Iran akan mempertimbangkan penawaran peredaan sanksi terbatas jika Iran melakukan tindakan nyata untuk menghentikan kegiatan nuklirnya. Demikian kata Gedung Putih pada Kamis (7/11).
Keenam negara tersebut --AS, Rusia, Cina, Inggris, Prancis ditambah Jerman-- akan mempertimbangkan peredaan sanksi terbatas dan terarah yang dapat diubah.
Peredaan sanksi yang tak mempengaruhi susunan sanksi inti mereka sebagai imbalan bagi tindakan nyata yang dapat diabsahkan guna mengatasi keprihatinan mereka mengenai proyek nuklir Iran,'' kata Juru Bicara Gedung Putih, Jay Carney, dalam taklimat harian.
"Susunan sanksi inti akan tetap berlaku sampai ada kesepakatan akhir yang menyeluruh dan dapat diabsahkan yang menyelesaikan kerpihatinan masyarakat internasional," kata Carney sebagaimana dilaporkan Xinhua yang dipantau Antara di Jakarta pada Jumat pagi.
Ia juga memperingatkan jika Iran tak berpegang pada komitmennya, peredaan sanksi akan dihentikan dan negara besar dunia bahkan akan lebih meningkatkan tekanan dengan menambahkan sanksi baru.
Delegasi dari keenam negara besar itu, yang dikenal sebagai kelompok P5+1, memulai babak baru pembicaraan dengan Iran di Jenewa, Swiss, Kamis.
Dalam pembicaraan dua hari itu, keenam negara besar dunia berencana mencari kesepakatan langkah awal dengan Iran mengenai penyelesaian masalah nuklir, kendati kedua pihak menyatakan kesepakatan masih jauh dari pasti.
Dalam babak pembicaraan terdahulu, yang diselenggarakan pada 15-16 Oktober, Iran mengusulkan satu rencana sebagai dasar bagi perundingan tapi perincian usul tersebut tidak diungkapkan.