REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Serangkaian serangan di Baghdad dan utara Irak menewaskan empat polisi dan belasan orang terluka pada Senin. Serangan terjadi dalam gelombang pertumpahan darah nasional terbaru yang telah berlangsung selama beberapa bulan.
Lonjakan kekerasan yang telah menewaskan lebih dari 5.600 orang sejauh tahun ini telah memaksa Irak untuk meminta bantuan internasional guna memerangi militansi hanya beberapa bulan sebelum pemilihan umum pertama dalam empat tahun terakhir bakal dilangsungkan.
Kekerasan yang ditargetkan pada polisi terjadi di ibu kota dan utara kota utama Mosul pada Sabtu. Di Baghdad, dua pemboman terpisah menargetkan patroli polisi. ''Serangan menewaskan tiga penegak hukum dan melukai 11 orang lainnya,'' kata pejabat keamanan dan petugas medis.
Di Mosul, gerilyawan menembaki sebuah pos pemeriksaan polisi. Serangan menewaskan seorang polisi dan melukai yang lain.
Kerusuhan itu adalah yang terbaru dalam gelombang serangan berlarut-larut telah mendorong kekerasan ke tingkat tertinggi sejak 2008, ketika Irak pulih dari perang sektarian Sunni-Syiah terburuk.
Perdana Menteri Nuri al-Maliki telah menyerukan bantuan kepada Washington dalam bentuk berbagi intelijen yang lebih besar dan pengiriman tepat waktu sistem senjata baru dalam upaya mengekang pertumpahan darah.