Kamis 21 Nov 2013 21:27 WIB

Pedagang Asongan Bikin Bandara Lombok Terkesan Semrawut

Arus Mudik Bandara. Calon penumpang memadati pintu keberangkatan terminal 1B Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Banten, Sabtu (3/8).  FOTO WIHDAN HIDAYAT/REPUBLIKA
Foto: REPUBLIKA
Arus Mudik Bandara. Calon penumpang memadati pintu keberangkatan terminal 1B Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Banten, Sabtu (3/8). FOTO WIHDAN HIDAYAT/REPUBLIKA

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- PT Angkasa Pura I Bandara Internasional Lombok (BIL) mengeluhkan pedagang asongan yang berjualan di dekat terminal Bandara itu semakin banyak sehingga menimbulkan kesan semrawut.

"Makin banyak saja jumlahnya, meskipun sudah ada penertiban dan pemberian fasilitas jualan bagi mereka di lokasi yang disediakan. Makanya butuh dukungan pemerintah daerah untuk penataannya," kata Manager Operasional dan Teknik PT AP I BIL Adhi Utomo, di Mataram, Kamis (21/11).

Keberadaan pedagang asongan di dekat terminal penumpang BIL sejak hari kedua pengoperasian bandara internasional itu, pada 1 Oktober 2011.

Awalnya, warga sekitar Bandara dilanda euforia keberadaan bandara internasional sehingga terlihat banyak masyarakat secara berkelompok jalan-jalan di kawasan Bandara, hingga berkembang menjadi aktivitas perdagangan tradisional.

Hari demi hari semakin banyak pedagang asongan yang beraktivitas di depan pintu masuk ruang keberangkatan dan kedatangan, sehingga suasana semwrawut tidak bisa dihindari.

Pengelola Bandara yang mendapat dukungan dari Pemerintah Provinsi NTB dan Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah, kemudian melakukan penertiban dan mengarahkan para pedagang asongan itu untuk berjualan di luar kawasan bandara internasional itu.

Pemerintah Kabupaten Lombok Tengah sempat menyediakan areal berdagang di luar kawasan bandara namun relatif dekat dengan gerbang utama.

Penyediaan areal berdagang itu dimaksudkan agar aktivitas warga sekitar kawasan BIL lebih tertata dan aktivitas bandara internasional tetap terjamin kualitas, namun para pedagang akhirnya masuk lagi ke kawasan bandara dan beraktivitas sesuai kehendaknya.

Pada akhirnya, pengelola bandara menyediakan lokasi khusus yang agak jauh dari terminal bandara, sebagai tempat berjualan, namun jumlah petak jualan relatif terbatas.

Adhi mengatakan, baru ada 50 petak jualan, sementara jumlah pedagang asongan yang beraktivitas lebih dari 100 orang.

"Makanya, harus ada penambahan tempat jualan, dan itu sedang kami koordinasikan dengan pemerintah daerah setempat," ujarnya.

sumber : Antara
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement