Sabtu 23 Nov 2013 22:11 WIB

Bank Sentral Mungkin Intervensi Turunkan Nilai Tukar Dolar Australia

Red:
Dolar Australia
Dolar Australia

CANBERRA -- Gubernur Bank Sentral Australia Glenn Stevens memberi peringatan keras bahwa pihaknya mungkin akan melakukan intervensi di pasar valuta asing untuk menurunkan nilai tukar dolar Australia.

Hal itu disampaikan Glenn Stevens di depan perkumpulan ahli ekonomi dan kalangan bisnis memperingati 30 tahun diambangkannya kurs dolar Australia.

Menurut Stevens, kuatnya nilai tukar dolar Australia memberi dampak tidak baik bagi bagian tertentu dalam ekonomi dan mengakibatkan perubahan-perubahan yang menyakitkan dalam banyak area bisnis.

“Bagaimana dengan tingkat nilai tukar akhir-akhir ini? Tingkat ini telah disalahkan atas banyak dampak korporat yang mengecewakan, dan juga mengakibatkan berbagai restrukturisasi, relokasi perusahaan ke luar negeri, dan pemotongan lapangan kerja,” jelasnya.

Kekuatan dolar Australia saat ini paling besar sejak mata uang tersebut mulai diambangkan.

Ia memperingatkan bahwa bank sentral masih bisa mempertimbangkan melakukan intervensi di pasar valas untuk memaksa penurunan nilai tukar dolar.

Meskipun intervensi bisa saja membutuhkan biaya banyak dari bank sentral, namun bisa juga efektif, berguna, dan menjadi bagian strategi.

“Sejauh ini bank sentral belum merasa bahwa intervensi dalam skala besar efektivitasnya lebih besar dibanding biaya. Namun, bukan berarti kami akan selalu menjauhi intervensi. Posisi kami tetap bahwa intervensi valuta asing, bila digunakan secara bijak dalam keadaan yang tepat, bisa jadi merupakan tindakan efektif dan berguna,” jelas Stevens.

Meskipun kekuatan dolar mengakibatkan beberapa masalah dalam ekonomi, ia tetap percaya bahwa keputusan untuk mengambangkan dollar merupakan salah satu keputusan terpenting dalam sejarah modern Australia.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement