REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Bagi wisatawan dan nelayan tidak diperkenankan mendekat apalagi menginjakkan kakinya di Gunung Anak Krakatau (GAK), dalam jarak radius satu kilometer. Meski kondisi GAK saat ini masih normal, namun statusnya belum diturunkan dari Waspada.
Dari laporan Pos Pemantau GAK di Desa Hargo Pancoran, Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung, Selasa (26/11), kondisi GAK masih normal dan hanya terjadi kegempaan yang belum siginifikan setiap harinya. Petugas pos pemantau belum melihat adanya keluar percikan api dari mulut GAK.
“Kondisi kegempaan gunung anak krakatau masih normal, kegempaan masih sedikit. Tapi statusnya masih waspada belum diturunkan,” kata Kepala Pos Pemantau GAK di Lampung Selatan, Andi Suardi kepada RoL, Selasa (26/11).
Andi mengatakan, wisatawan, nelayan, dan penduduk tetap dilarang mendekati GAK dalam jarak satu kilometer. Menurut dia, kondisi GAK masih waspada, dan kemungkinan mengeluarkan bau belerang yang merusak kesehatan masih akan terjadi.
Status GAK pada level Waspada sudah berlangsung dua tahun lalu, setelah sempat mengalami kegempaan yang mencapi lebih dari seribu kali dalam setiap harinya. Status ini belum memungkinkan wisatawan dan nelayan mendekati GAK, karena masih mengeluarkan bau belerang yang menyengat.
Andi mengatakan kegempaan GAK masih terbilang sedikit sekitar dua hingga tiga kali dalam sehari, yakni kegempaan dangkal, dalam, dan jauh. “Hari ini Cuma dua kali, gempa dangkal dan jauh. Kemarin, hanya tiga kali, dua kali dangkal dan satu kali jauh,” katanya.
Hingga kini, kondisi alat pemantau GAK seismograf di pos tersebut, masih dalam kondisi bekerja sehingga pendataan frekwensi kegempaan masih tercatat utuh di pos pemantau. Sebelumnya, alat ini belum bisa bekerja karena rusak, sehingga petugas hanya bisa memantau menggunakan teropong.