REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Pengamat pariwisata Made Sudana yakin ketegangan hubungan diplomatik Indonesia-Australia tak akan memengaruhi arus turis asal negeri kanguru itu untuk berlibur di Bali.
"Mereka merasa aman-aman saja di Bali, meski pun pemerintah Australia mengingatkan kepada warganya yang ada di Indonesia untuk lebih berhati-hati," katanya di Denpasar, Jumat (29/11).
Ia menganggap peringatan itu wajar-wajar saja. Karena pemerintahan mana pun akan mengeluarkan peringatan serupa jika bermasalah dengan negara lain.
"Bali bagi turis Australia bukan hal yang perlu dikhawatirkan. Karena mereka sangat paham betul karakter penduduknya, termasuk dalam bersikap kepada para tamu," ujarnya.
Karenanya, Sudana merasa yakin persoalan yang dialami Indonesia dengan Australia tidak akan menjalar ke sektor pariwisata.
Bahkan dalam pasang-surutnya hubungan dua negara, tetap saja warga Australia masih banyak yang melakukan perjalanan wisata dan bisnis di Bali.
Ia sangat berharap, hubungan diplomatik Indonesia-Australia kembali normal, meski pun butuh waktu.
Made Sudana menambahkan, banyak faktor yang mendorong warga Australia datang ke Bali. Antaranya lain lokasi geografis dan terjaminnya keamanan dan kenyamanan.
Pariwisata budaya yang dikembangkan Pemprov Bali juga menjadi daya tarik bagi masyarakat internasional, termasuk warga Australia.
Data Dinas Pariwisata Provinsi Bali menyebutkan, kedatangan turis asing yang langsung dari negaranya ke daerah ini selama Januari-Oktober 2013 mencapai 2,6 juta orang. Atau naik 12,19 persen dari periode yang sama pada 2012.
Australia penyumbang wisatawan asing terbesar di Bali, yakni mencapai 668.902 orang selama periode Januari-Oktober 2013. Atau mencapai 25,03 persen dari seluruh turis asing yang mengunjungi Pulau Dewata itu.