Sabtu 30 Nov 2013 09:48 WIB

Banyak Isu Seputar RFID, Ini Klarifikasi Pertamina

Rep: Rusdy Nurdiansyah/ Red: Endah Hapsari
 Antrean warga saat memesan alat radio frequency identification (RFID) tag di SPBU milik Pertamina di Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, Kamis (28/11).  (Republika/Aditya Pradana Putra)
Antrean warga saat memesan alat radio frequency identification (RFID) tag di SPBU milik Pertamina di Jalan Rasuna Said, Kuningan, Jakarta, Kamis (28/11). (Republika/Aditya Pradana Putra)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pertamina (Persero) telah mendatangkan 819 unit alat pencatat pemakaian bahan bakar minyak (BBM) atau Radio Frequency Identification (RFID) dari rencana total yang akan didatangkan 1,5 juta unit. 

''Saat ini kami telah mendatangkan 819 unit komponen RFID dan ditargetkan sampai akhir bulan ini akan menambah dengan totalnya menjadi 1,5 juta unit komponen RFID,'' ujar Senior Vice President Retail Marketing Pertamina (Persero), Suhartoko, saat dihubungi Republika,  Jakarta, Sabtu (30/11).

Dalam rapat koordinasi, di Kantor Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Jakarta, Jumat (29/11), Pertamina telah memasang 4.000 unit komponen RFID pada kendaraan roda empat di Jakarta. ''Dalam beberapa hari terakhir, jumlah mobil yang memasang RFID di sejumlah SPBU terus melonjak,'' terang Suhartoko.

Menurut Suhartoko, meningkatnya jumlah mobil yang memasang RFID tersebut karena tersebar isu yang beredar mengenai adanya batas waktu pemasangan RFID hingga akhir November ini. ''Ada dua isu yang beredar yakni batas waktu pemasangan RFID hingga akhir Nopember dan itu tidak benar karena tidak dibatasi hingga akhir November. Isu kedua, pasang RFID itu harus bayar. Hal ini juga tidak benar, karena pemasangan RFID itu gratis,'' tuturnya. 

Suhartoko juga mengungkapkan, total volume BBM yang bisa dihemat pada tahun ini sekitar 600 ribu kiloliter. Itu berarti, sejauh ini, Pertamina dapat menghemat penggunaan premium sebanyak satu juta kiloliter dari target konsumsi premium yang ditetapkan pemerintah sebesar 29,20 kiloliter.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement