REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Mantan Mendikbud Wardiman Djojonegoro mengaku resah dengan kondisi bangsa Indonesia saat ini. Menurutnya, Indonesia saat ini menuju krisis moral karena karakternya tidak teguh.
"Kita semua resah, kok kelihatannya Indonesia karakternya semakin tidak teguh," ujar Wardiman saat membuka Seminar Pendidikan Karakter Terpadu dalam Membangun Generasi Muda di era Global yang berlangsung di Semarang, Sabtu (30/11).
Seminar pendidikan karakter ini digagas Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) guna memperingati Hari Pahlawan dan Hari Guru. Dalam siaran persnya disebutkan, acara ini dihadiri ratusan peserta yang terdiri dari mahasiswa, pengurus LDII, dan sejumlah ormas se-Jawa Tengah.
Hadir sebagai pemateri dalam acara tersebut di antaranya mantan Mendikbud Wardiman, Ketua Umum PGRI, Sulistiyo, KetuaUmum DPP LDII Abdullah Syam, Ketua DPW LDII Singgih TriSulistiono, Ki Supriyono dari Perguruan Taman Siswa Yogyakarta, Anggota DPR RI Utut Adiyanto, Ketua MUI Jateng KH Ahmad Daroji, dan lainnya.
Dalam sambutannya, Wardiman mengatakan, sejak 2009 Kementerian Pendidikan Nasional ketika itu, sudah ditunjuk untuk mengembangkan pendidikan karakter. Dia mempertanyakan apakah program tersebut masih berjalan atau memerlukan perbaikan. Menurutnya, pendidikan karakter memerlukan penanganan yang lebih baik agar bangsa Indonesia bisa lebih maju.
Terkait bagaimana cara pembudayaan karakter kepada seluruh bangsa, pakar pendidikan ini mengatakan ada beberapa hal yang perlu urung rembuk. Menurutnya, ini perlu dilakukan karena sebagai bangsa yang besar, Indonesia saat ini menuju era globalisasi.
"Kita punya sejumlah besar pemuda yang akan meneruskan tugas kita. Saya mau urung rembuk," ujarnya.
Wardiman pun menjelaskan, pembudaayaan adalah pemberian nilai-nilai abstrak kepada masyarakat yang saat ini banyak terjadi di sekolah-sekolah. Padahal pembudayaan itu sendiri, kata Wardiman, mulai dari lahir, digendong ibunya, sampai sekolah.
Menurunya ada empat unsur yang terkait erat dengan pembudayaan. Yang utama dan pertama adalah orang tua, kemudian sekolah, lingkungan dan media cetak serta media elektronik. Lingkungan, menurutnya, berpengaruh besar terhadap anak-anak. Unsur yang tidak bisa diremehkan saat ini adalah media. Di era demokrasi saat ini, tidak ada lagi pembredelan dan pelarangan.
Perhatian khusus, tampaknya perlu diberikan kepada media elektronik. Mantan Mendikbud yang terkenal dengan program link and match-nya ini mengatakan, saat ini televisi menjadi sangat berkuasa memberikan nilai-nilai baru. Contohnya, tayangan sinetron yang isinya memunculkan perselingkuhan dan sebagainya.
Wardiman mengatakan, apa yang diajarkan sekolah saat ini kalah dengan apa yang ditonton anak-anak di televisi. "Meski di televisi selama satu jam saja, apa yang diajarkan di sekolah kalah," ujarnya.
Sejak 2009, pemain utama untuk pembudayaan karakter dan moral yang baik adalah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Menurutnya, di Indonesia, ada 45 ribu kelompok yang masing-masing mempunyai nilai yang baik. Pada 2010, ditambahan lagi ada 18 karakter yang baik.
Semuanya itu, merupakan masukan melalui sekolah formal sebanyak 30 persen, dan selebihnya atau 70 persen datang dari kalangan orang tua, media cetak dan elektronik, dan internet.
Mengingat besarnya pengaruh dari luar, terutama televisi, Wardiman mengatakan perlu mengimbau agar televisi ikut dalam pembudayaan karakter yang baik. Wardiman mengatakan, salah satu cara untuk memperkuat hal ini adalah dengan pemberian sanksi yang merupakan kewenangan pemerintah.