REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Komisioner KPU periode 2004-2009, Mulyana W Kusumah meninggal dunia pada usia 65 tahun, Ahad (1/12) malam. Mulyana meninggal setelah menjalani perawatan selama dua minggu di Rumah Sakit Dharmais, Jakarta karena serangan stroke.
Di mata penggiat pemilu, sosok almarhum dikenal santai, egaliter, dan mudah berbagi. Direktur Eksekutif Perkumpulan Untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Titi Anggraini mengatakan, almarhum Mulyana memberikan banyak pelajaran bagi junior dan aktifis pemantau pemilu lainnya.
"Saya Tahun 1999 sama-sama menjadi Anggota Paniti Pengawas Pemilihan Umum Tahun 1999 tingkat Pusat. Beliau sosok yang santai dan sangat egaliter kepada kami yang masih muda dan minim pengalaman," kata Titi.
Berbagi ilmu tidak dilakukan Mulyana dengan memandang status ataupun pemahaman orang lain tentang pemilu. Titi mengatakan, diskusi dilakukan almarhum dengan siapapun. "Termasuk kepada saya yang waktu itu masih duduk di bangku kuliah sebagai Mahasiswi tingkat 2 FHUI sedang beliau adalah dosen senior FISIP UI dan tokoh nasional untuk isu kriminologi, kepemiluan dan demokrasi," ujarnya.
Tidak hanya berbagi tentang pemantauan pemilu, almarhum Mulyana menurutnya juga selalu menggunakan pendekatan kerakyatan dalam mengarahkan terciptanya pemilu yang jurdill.
"Banyak sekali pembelajaran yang diperoleh dari beliau, terutama soal bagaimana melihat pemilu dari kacamata perjuangan hak-hak masyarakat untuk peroleh pemilu yang luber dan jurdil," jelas Titi.
Sosok Mulyana juga dikenang sebagai figur yang sangat tekun ketika sedang mendalami suatu permasalahan yang dialami Panwaslu 1999. Almarhum Mulyana W Kusumah meninggal di kediamannya di kawasan Meruya, Jakarta Barat. Kabar meninggalnya Mulyana diketahui dari sejumlah tweet akun para aktivis. Indra J Piliang dalam tweetnya menyebutkan, "Innalillahi... Telah berpulang ke hadirat Allah SWT Bang Mulyana W Kusumah, pejuang reformasi. Al Fatihah.."
Mulyana meninggal setelah menjalani perawatan selama dua minggu di Rumah Sakit Dharmais, Jakarta karena serangan stroke. Namun, ia meninggal di kediamannya di kawasan Meruya, Jakarta. Menurut rekannya, Bursah Zanubi, Mulyana sudah meninggalkan rumah sakit sejak jumat lalu.
Almarhum lahir di Bogor, Jawa Barat, 23 November 1948. Ia pernah terlibat kasus penyuapan terhadap pemeriksa BPK, yang kemudian merembet menjadi awal terkuaknya korupsi di KPU yang diperiksa oleh KPK (Komisi Pemberantasan Korupsi).
Selain dikenal sebagai penggiat pemilu, Mulyana juga tercatat sebagai staf pengajar FISIP Universitas Indonesia. Almarhum juga pernah bergiat di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Jakarta.