Senin 02 Dec 2013 20:54 WIB

Perbanyak Media Islam

Rep: amri amrullah/ Red: Damanhuri Zuhri
Koran Republika
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Koran Republika

REPUBLIKA.CO.ID,

Media mempunyai pengaruh mengubah keadaan.

JAKARTA -- Media berperan mengubah opini masyarakat terhadap nilai agama, seperti Islam. Karena itu, media mempunyai tanggung jawab sosial dalam mencitrakan Islam. Panitia Konferensi Islam Internasional tentang Media III Arief Subhan mengatakan, ini menjadi isu penting.

Dalam konferensi yang dibuka 3 Desember dan berakhir 5 Desember di Jakarta, kata Arief, tanggung jawab sosial media memperoleh perhatian. “Tanggung jawab sosial dari media memberitakan Islam menjadi salah satu bahasan utama,” katanya, Ahad (1/12).

Ia mengatakan, peserta dari luar negeri sudah mulai berdatangan sejak Ahad. Sebagian pimpinan Rabithah Alam Islamy (RAI) sudah hadir di Jakarta. Selain itu, Wakil Menteri Penerangan Arab Saudi dan perwakilan negara-negara Islam.

Beberapa peserta media yang sudah hadir, ujar Arief, adalah Radio Televisyen Malaysia (RTM), media dari Brunei, dan beberapa dari Asia Tenggara lainnya. Media-media dari dalam negeri juga diundang dalam konferensi internasional ini.

Ia memastikan, hingga Senin (2/12) semua persiapan konferensi sudah selesai. "Peserta diharapkan sudah menyelesaikan registrasi hingga persiapan lain disempurnakan,” katanya.

Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyah Yunahar Ilyas mengatakan, media memang mengemban tanggung jawab. Media Islam, khususnya, tentu dituntut mampu menyalurkan aspirasi umat Islam. Ia mencontohkan, isu Jilbab di kalangan polisi wanita.

Di sini, media mengoptimalkan apa yang bisa mereka lakukan, yaitu pemberitaan. Peristiwa di tengah masyarakat, mereka angkat. Lalu, mereka memuat komentar para tokoh agar polwan bisa mengenakan jilbab dalam tugasnya.

Menurut Yunahar, pemberitaan ini telah mampu mendesak penentu kebijakan. Hingga akhirnya, ada perubahan. Demikian pula dalam hal-hal lainnya. “Jadi, media punya pengaruh dalam mengubah keadaan,” katanya.

Yunahar mengatakan, selama ini, media Islam sudah cukup mampu mengawal isu-isu keislaman. Meski demikian, ia berharap, kelak lebih banyak media Islam bermunculan. Sekarang, hanya satu atau dua surat kabar saja yang mengusung isu-isu keislaman, termasuk Republika.

Meski kalau dibandingkan surat kabar lainnya, mungkin oplahnya masih kalah. Tapi, kata Yunahar, masih adanya media Islam yang bertahan membuatnya bersyukur. Majalah Islam juga tak banyak lagi yang bertahan.

Padahal, jelas Yunahar, sebelumnya ada sejumlah majalah berpengaruh. Ia mencontohkan, Panji Masyarakat dan Amanah, tapi sudah tak ada lagi. Beruntung, masih ada majalah seperti Ummi dan Hidayatullah.

Menurut Yunahar, ke depan kuantitas media Islam memang perlu ditingkatkan, termasuk radio dan media lainnya. Tujuannya, kekuatannya semakin besar. Jika lebih banyak media yang mengusung isu Islam, tentu akan lebih menguntungkan umat Islam.

Yunahar mengatakan, ketika sebuah isu diangkat bersamaan oleh media Islam, tentu gaungnya lebih besar. Perubahan di masyarakat juga akan lebih cepat terjadi.

Sebelumnya, Sekjen Kementerian Agama (Kemenag) Bahrul Hayat mengatakan, konferensi ini dipicu peristiwa memprihatinkan di dunia Islam. Misalnya, peperangan dan pertumpahan darah. Ia menyatakan, media bertanggung jawab merespons kisruh politik di dunia Islam.

Pada masa sekarang, media juga telah berhasil membangun jaringan sosial berbasis teknologi informasi. Konferensi diikuti 400 peserta yang terdiri atas 250 peserta nasional dan 150 peserta dari komunitas internasional.

Peserta yang hadir pun bermacam-macam, mulai dari kalangan akademisi, pakar media, jurnalis, dan pengusaha media dari 53 negara. Hasil konferensi dituangkan dalam satu rekomendasi yang menekankan tanggung jawab media terhadap Islam.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement