Kamis 12 Dec 2013 16:14 WIB

Muslim Kashmir Hadapi Musim Dingin

Muslimah Kashmir (ilustrasi)
Foto: AP
Muslimah Kashmir (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Ferry Kisihandi

Musim dingin di ambang pintu. Kesibukan menghampiri Muslim Kashmir, India. Sejak November, mereka menghimpun kayu bakar dan mempersiapkan baju hangat. Persiapan sejak dini akan membuat mereka dapat menghindari hawa yang menusuk.

Mudasir Ahmad Ganai, warga Brintibatpora, wilayah selatan Kashmir, mengatakan, seseorang tak bisa bertahan hidup di Kashmir tanpa persiapan matang. Terutama, saat mereka harus bertarung dengan suhu dingin dan jalan-jalan yang tertutup salju selama musim dingin.

“Lembah-lembah yang mengelilingi Kashmir juga berwarna putih tertutup salju tebal,” kata Ganai kepada Onislam, Selasa (10/12). Ia menuturkan, pada November warga Kashmir sudah mulai mempersiapkan diri menyambut datangnya musim dingin.

Mereka menyimpan berbagai kebutuhan pokok. Terutama, batubara, kayu bakar, beras, dan sayuran kering. Selain itu, mereka membeli pakaian hangat untuk membentengi tubuh dari dingin. “Kami hampir selesai mempersiapkan diri menghadapi musim dingin.”

Menurut Mudasir, salju yang lebat turun di sejumlah wilayah pegunungan Kashmir. Muneera, warga Tangmarg, wilayah utara Kashmir, meyakini, menimbun bahan pangan untuk musim dingin akan menghindari mereka dari kebekuan.

Biasanya, 15 hari pascamusim dingin jalan-jalan kembali bersih dari salju. “Tapi, saat seperti itu kondisinya masih sulit, termasuk mencari bahan pokok,” kata Muneera. Karena itu, sangat penting bagi seseorang untuk menyimpan bahan makan dan kayu bakar berlimpah.

Muneera selalu mengingat apa yang dilakukan neneknya bertahun-tahun silam. Sang nenek, biasa mengumpulkan kayu bakar dan membuat arang. Lalu, menyimpan kayu bakar dan arang itu untuk menghangatkan tubuh pada musim dingin.

Kangri atau tungku api, kata dia, juga dibutuhkan setiap musim dingin. Bahkan, untuk anak-anak sekalipun. Musim ini menjadi ladang uang bagi pembuat kangri. Sebab, permintaan warga terhadap kangri mengalami kenaikan signifikan.

Pembuat kangri, Mohammad Jabar, mengatakan, setiap tahun bisa membuat tungku api itu dalam jumlah ribuan unit. “Kangri sangat terkenal di Kashmir dan kami mesti menyisihkan uang untuk membelinya,” katanya.

Saja Begum, warga Desa Vailoo, mengatakan, bagi orang tak mampu seperti dirinya tak mampu mempunyai penghangat yang bagus. Gas juga terlalu mewah untuk dirinya. Alternatifnya, ia mengandalkan kayu bakar untuk memasak dan penghangat.

Menggunakan kayu bakar, jelas Begum, merupakan pilihan terbaik, termasuk untuk membuat arang sebagai penghangat. Arang-arang itu dimasukkan ke dalam kangri.

Ataullah Khan, warga lainnya, tak kalah sigap. Ia membeli sejumlah pakaian hangat untuk keluarganya. “Setiap orang di Kashmir harus bersiap diri selama lima bulan ke depan menjalani suhu yang membeku,” katanya.

Khan mengungkapkan, banyak warga pergi ke wilayah lain untuk memperoleh uang. Para buruh bahkan bergerak ke negara bagian lain demi memperoleh pendapatan lebih banyak. Semua itu demi mempersiapkan diri agar pada musim dingin, mereka tak membeku.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement