REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Dukungan domestik untuk operasi penjaga perdamaian Prancis di Republik Afrika Tengah (CAR) telah berlangsung cepat sejak kematian dua prajurit muda. Demikian kata jajak pendapat menunjukkan Sabtu.
Nicolas Vokaer (23) dan Antoine Le Quinio (22) tewas dalam baku tembak selama patroli di ibu kota Republik Afrika Tengah, Bangui, pada awal 10 Desember. Bentrokan terjadi beberapa hari setelah Prancis mengerahkan 1.600 tentaranya ke negara bekas jajahannya itu.
Misi resmi PBB telah membantu untuk memadamkan kekerasan yang menewaskan sedikitnya 600 orang saat gerilyawan Seleka yang menggulingkan Presiden Francois Bozize bentrok dengan milisi Kristen.
Namun, survei jajak pendapat Ifop yang dilakukan antara 11-13 Desember dan diterbitkan dalam surat kabar mingguan Journal du Dimanche menunjukkan dukungan di dalam negeri untuk misi 'Sangaris' telah merosot ke 44 persen dari 51 persen pada 6-7 Desember.
''Dukungan telah jatuh lebih cepat daripada saat operasi militer yang dipimpin Prancis diluncurkan pada Januari untuk mengusir gerilyawan Islam di Mali,'' kata Ifop dalam sebuah catatan yang menyertai jajak pendapat tersebut.
Seribu dua orang berusia 18 tahun keatas ditanyai dalam jajak pendapat mengenai pendapatnya tentang operasi militer negaranya di Republik Afrika Tengah itu.