REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Dialog teknis antara Iran dan negara kuat dunia terkait cara menerapkan kesepakatan nuklir yang dicapai pada bulan lalu mengalami kemajuan secara perlahan. Demikian kata negosiator senior Iran pada Sabtu.
Negosiasi yang dimulai pada Kamis di Jenewa dipandang sebagai upaya untuk mengulur waktu bagi sebuah solusi diplomatik atas ambisi nuklir Iran yang telah berlangsung selama satu dekade.
"Pembicaraan yang telah mencapai hari ketiga mulai membuat kemajuan, tetapi sangat lambat," kata Wakil Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, kepada televisi pemerintah di Teheran.
Araqchi yang tidak menghadiri pertemuan tersebut juga tidak merinci lebih lanjut tentang kemajuan apa yang telah dibuat oleh kedua pihak.
Kantor berita resmi Iran, IRNA, mengutip Araqchi yang menyebut bahwa negosiasi dapat diperpanjang hingga hari keempat pada Minggu.
Para pakar telah menggelar dialog di Wina pekan lalu. Namun, Iran meninggalkan meja perundingan setelah Washington malah memperluas sanksinya terhadap Teheran.
Iran setuju untuk memulai kembali dialog setelah mendapat jaminan dari Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton, yang mewakili enam negara kuat dunia bahwa pembicaraan tersebut akan berlangsung dengan rasa saling percaya.
Melalui kesepakatan bersejarah yang dicapai pada 24 November, Iran setuju untuk membekukan sejumlah aktivitas nuklirnya selama kurun waktu enam bulan dengan imbalan mendapat keringanan sanksi dan janji bahwa mereka tidak akan mendapat sanksi baru dari Barat.
Selama periode tersebut, Iran dan enam negara P5+1 (Inggris, Prancis, AS, Rusia, China, dan Jerman) akan berupaya untuk mencari kesepakatan jangka panjang guna menjawab kecurigaan pihak Barat terhadap aktifitas nuklir Iran yang dituduh bertujuan militer.