REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berbagai hasil survei menunjukkan Partai Demokrat tidak akan sekuat seperti Pemilihan Umum (Pemilu) sebelumnya. Dengan kondisi seperti itu, Partai Demokrat dinilai belum tentu bisa memaksakan pemenang konvensi sebagai calon presiden (capres).
"Mesti realistis. Kalau perolehan suara di bawah 10 persen, rumit mencapreskan hasil konvensi," kata pengamat politik Gun Gun Heryanto, Kamis (26/12). Jika tidak bisa menembus presidential threshold, menurut dia, Partai Demokrat harus memikirkan strategi lain dalam Pilpres.
Gun Gun mengatakan, belum ada figur dalam Konvensi Partai Demokrat yang mempunyai elektabilitas tinggi. Situasi partai berlambang bintang mercy itu akan makin rumit jika tidak memenuhi presidential threshold. Karena itu, menurut dia, koalisi menjadi opsi bagi Partai Demokrat. "Sangat mungkin berkongsi dengan kekuatan lain," kata pengamat dari Universitas Islam Negeri Syarih Hidayatullah itu.
Dengan berkoalisi, Gun Gun mengatakan, belum tentu Partai Demokrat bisa memaksakan diri pemenang konvensi sebagai capres. Meskipun, menurut dia, idealnya Partai Demokrat harus tetap menepati janjinya. Akan tetapi melihat situasi perolehan suara, ia mengatakan, Partai Demokrat bisa memainkan strategi lain. "Mereka lakukan two step strategy."
Dengan strategi itu, lanjutnya, Partai Demokrat tetap mengusung pemenang konvensi sebagai capres. Namun, karena harus berkoalisi, menurutnya, keputusan akhir akan ada dari hasil musyawarah dengan mitra koalisi. Sehingga tidak serta merta posisi capres menjadi cawapres. "Tetap mengajukan capres kepada mitra untuk musyawarah. Tapi nanti meminta menghormati putusan koalisi."