Kamis 02 Jan 2014 12:27 WIB

Pemerintah Dinilai Menabung Bibit Kekerasan

Rep: Indah Wulandari/ Red: Joko Sadewo
Kekerasan anak
Foto: myhealing.wordpress.com
Kekerasan anak

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sosiolog Raphy Uli Tobing menilai pemerintah sedang menabung bibit kekerasan bagi masa depan anak Indonesia. Penilaian ini muncul karena pemerintah tidak mengurus kekerasan yang dialami anak-anak yang hidup di jalanan.

Menurut Uli Tobing, salah satu tempat di mana anak-anak banyak terpapar kekerasan adalah jalan raya. “Pemerintah harus tanggap. Banyaknya anak jalanan yang tidak diurus, sama saja pemerintah menabung bibit kekerasan bagi masa depan anak Indonesia,” ujar Uli Tobing, Kamis (2/2).

Dijelaskannya, sikap saling menghargai sesama manusia di Indonesia sudah sangat menurun. “Kekerasan terhadap anak merupakan masalah yang kompleks. Apa yang terjadi sekarang ini merupakan cerminan dari yang pernah terjadi,” ujar Uli Tobing.

Masalah ini dipandangnya cukup rumit penyelesaiannya. Menjebloskan pelaku ke tahanan belum menyelesaikan masalah. Penyelesaian kasus kekerasan anak harus komprehensif.

Alumnus Columbia University ini menyampaikan, seseorang yang hidup dalam kekerasan secara alamiah akan mengakrabi kekerasan sebagai perwujudan pilihan-pilihannya. Mantan Rektor Universitas Kristen Indonesia (UKI) di Jakarta menambahkan, kasus Adit, anak yang dibuang dan dianiaya ibu tirinya, hanyalah satu dari ribuan kasus kekerasan anak di Indonesia.

Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak Arist Merdeka Sirait mengajak masyarakat peduli anak dengan menghindari perilaku kekerasan. "Tahun 2013, yang sebelumnya diprediksi akan menjadi tahun Darurat Kekerasan Terhadap Anak benar-benar terjadi. Betapa tidak, dalam tiga tahun terakhir pelanggaran terhadap hak anak terus meningkat, terlebih terhadap pelanggaran seksual," ungkap Arist, Kamis (2/1).

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
يَسْتَفْتُوْنَكَۗ قُلِ اللّٰهُ يُفْتِيْكُمْ فِى الْكَلٰلَةِ ۗاِنِ امْرُؤٌا هَلَكَ لَيْسَ لَهٗ وَلَدٌ وَّلَهٗٓ اُخْتٌ فَلَهَا نِصْفُ مَا تَرَكَۚ وَهُوَ يَرِثُهَآ اِنْ لَّمْ يَكُنْ لَّهَا وَلَدٌ ۚ فَاِنْ كَانَتَا اثْنَتَيْنِ فَلَهُمَا الثُّلُثٰنِ مِمَّا تَرَكَ ۗوَاِنْ كَانُوْٓا اِخْوَةً رِّجَالًا وَّنِسَاۤءً فَلِلذَّكَرِ مِثْلُ حَظِّ الْاُنْثَيَيْنِۗ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمْ اَنْ تَضِلُّوْا ۗ وَاللّٰهُ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيْمٌ ࣖ
Mereka meminta fatwa kepadamu (tentang kalalah). Katakanlah, “Allah memberi fatwa kepadamu tentang kalalah (yaitu), jika seseorang mati dan dia tidak mempunyai anak tetapi mempunyai saudara perempuan, maka bagiannya (saudara perempuannya itu) seperdua dari harta yang ditinggalkannya, dan saudaranya yang laki-laki mewarisi (seluruh harta saudara perempuan), jika dia tidak mempunyai anak. Tetapi jika saudara perempuan itu dua orang, maka bagi keduanya dua pertiga dari harta yang ditinggalkan. Dan jika mereka (ahli waris itu terdiri dari) saudara-saudara laki-laki dan perempuan, maka bagian seorang saudara laki-laki sama dengan bagian dua saudara perempuan. Allah menerangkan (hukum ini) kepadamu, agar kamu tidak sesat. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.”

(QS. An-Nisa' ayat 176)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement