REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat komunikasi politik Political Communication Institute, Heri Budianto menilai Partai Gerindra akan mendapat citra negatif apabila menagih perjanjian Batu Tulis ke PDIP.
"Gerindra terlihat seperti kehilangan kepercayaan diri ketika menagih janji ke PDIP," kata Heri ketika dihubungi RoL, Kamis (2/1).
Heri mengatakan, Gerindra akan kesulitan menagih janji politik PDIP di Batu Tulis. Hal ini karena sekarang posisi elektabilitas PDIP ada di atas Gerindra. Belum lagi kandidat capres PDIP, Joko Windodo juga mengungguli capres Gerindra, Prabowo.
"Itulah politik, mana ada balas jasa? PDIP saat ini merasa bahwa mereka di atas angin, maka tentu janji politik itu tak berlaku. Kekuasaan jauh lebih penting, maka janji politik tinggallah janji," ujar Heri.
Di sisi lain, kata Heri, perjanjian politik Batu Tulis sulit ditagih lantaran pasangan Megawati-Prabowo kalah di Pemilu Presiden 2009. "Kenyataannya pasangan ini kalah. Sehingga sulit untuk menagih janji politik itu," katanya.
Heri memperkirakan, PDIP akan terus bersikukuh membantah isi perjanjian Batu Tulis. Hal ini karena menurutnya PDIP punya kandidat capres yang bisa diandalkan seperti Jokowi.
Sebaliknya, Gerindra akan terus menyuarakan agar PDIP memenuhi janji politik di Batu Tulis. "Sebab capres yang akan diusung Gerindra dalam posisi terancam kalah bersaing dengan Jokowi."
Menurutnya, Gerindra akan mendapat simpati publik apabila mau membuka isi perjanjian Batu Tulis ke publik. Dengan cara itu, maka publik akan mengetahui kebenaran utang politik PDIP ke Gerindra pada Pemilu 2014.
"PDIP dianggap tidak konsisten dan dicitrakan negatif oleh publik. PDIP akan dirugikan sebab itu terkait komitmen politik," ujarnya.