Kamis 02 Jan 2014 23:28 WIB

'Ada Kesan Dramatisasi dalam Penggerebekan Teroris'

Petugas Dokkespol mengeluarkan kantong berisi jenazah terduga teroris yang tiba di RS Bhayangkara Polda Jatim, Surabaya, Senin (22/7). Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menembak mati dua terduga teroris bernama Dayat dan Riza yang merupakan angg
Foto: ANTARA FOTO
Petugas Dokkespol mengeluarkan kantong berisi jenazah terduga teroris yang tiba di RS Bhayangkara Polda Jatim, Surabaya, Senin (22/7). Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menembak mati dua terduga teroris bernama Dayat dan Riza yang merupakan angg

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia Police Watch (IPW) menilai ada kesan mendramatitasi yang dilakukan Polri melalui Tim Densus 88 dalam penggerebekan terduga teroris di Ciputat, Tangerang Selatan, pada malam tahun baru 2014.

"Memang sangat menarik untuk dianalisa penggerebakan terduga teroris di Ciputat, yang kemudian berlanjut ke Banyumas dan Rempoa. Menariknya penggerebekan ini dilakukan dalam suasana malam tahun baru, seolah Polri ingin membangun suasana dramatis, sehingga isu penggerebekan teroris ini ibarat adegan sinetron," kata Ketua Presidium IPW Neta S Pane, melalui pesan singkat yang diterima di Jakarta, Kamis (2/1) malam.

Neta mempertanyakan ada apa di balik penggerebekan terduga teroris itu, karena kerap dilakukan di bulan Desember. Padahal menurut dia, kalau Polri mau, para teroris bisa ditangkap kapan saja, sebab data sejumlah terduga teroris tersebut sudah diketahui, termasuk tempat-tempat persembunyiannya.

Dia menilai penangkapan teroris di setiap Desember bak menjadi agenda sibuk Tim Densus 88. Modus itu, hampir sama dengan penggerebekan pabrik-pabrik narkoba.IPW berharap kondisi itu dicermati Polri, agar tidak muncul kesan ada kepentingan tertentu dari polisi atas penggerebekan tersebut.

"Kepentingan yang dimaksud di sini adalah isu teroris tersebut sempat disinggung-singgung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, yang mengatakan menjelang Natal dan tahun baru akan ada ancaman teroris. Fakta ini menunjukkan sesungguhnya patut diduga mereka (pemerintah) sebenarnya sudah tahu tentang keberadaan teroris itu," katanya.

Neta menilai penggerebekan di malam pergantian tahun atau tahun baru juga melahirkan kesan 'teroristaiment' yang sarat dengan kepentingan pencitraan pemerintah.

"Lalu siapa yang bisa membuktikan kalau orang-orang yang disebut sebagai teroris itu merupakan penembak polisi, 'wong' keenamnya sudah mati ditembak polisi. Dan penembakan Nurul dan Hendi (dua terduga teroris penembak polisi yang tewas saat penggerebekan) bukan mustahil untuk membungkam semua keanehan tersebut, agar keduanya tidak membuka suara di pengadilan," ujarnya.

Sebelumnya, sejak Selasa (31/12) sore hingga Rabu (1/1) pagi tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri dan Polda Metro Jaya melakukan penggerebekan di sebuah rumah kontrakan di Kelurahan Kampung Sawah, Ciputat, Tangerang Selatan.

Dalam penggerebekan yang disertai baku tembak itu, enam terduga teroris yang diduga bagian dari kelompok Abu Roban tewas.Terduga teroris yang tewas adalah Nurul Haq alias Dirman, Ozi alias Tomo, Rizal alias Hendi, Edo alias Ando, dan Amril.Sementara satu orang sebelumnya tewas ditembak di ujung Gang Hasan ketika mengendarai motor adalah Daeng alias Dayat.

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement