REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Tebing batu setinggi 200 meter mengalami keretakan di Dusun Watu Kangsi, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman sehingga rawan longsor. Hal itu mengancam 15 kepala keluarga (KK) yang bermukim di bawahnya.
Sebanyak 43 jiwa dengan tiga lansia dan tiga balita bermukim di bawah tebing batu tersebut. Bupati Sleman, Sri Purnomo mengatakan warga setempat telah diminta waspada.
"Warga harus selalu waspada bila sewaktu-waktu terjadi hujan dengan intensitas tinggi," ujarnya saat mengunjungi Watu Kangsi, Selasa (7/1).
Selain tebing, tanah longsor juga mengancam warga di Padukuhan Klumprit I, Desa Wukirharjo Sleman. Wilayah padukuhan tersebut terdiri dari perbukitan yang rawan tanah longsor. Di Padukuhan Klumprit I, sebelumnya terjadi tanah longsor sepanjang 10 meter dengan ketinggian delapan meter.
Pemerintah Kabupaten Sleman mengklaim telah memberikan pelatihan simulasi penanganan bencana tanah longsor. Simulasi tersebut dinilai sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat terhadap penanggulangan bencana. Desa Wukirharjo sudah dideklarasikan sebagai desa siaga bencana.
"Desa siaga bencana ini bukan slogan semata namun warga desa tersebut yang berdomisili di suatu daerah yang dianggap rawan terhadap bencana, agar masyarakatnya memahami dan dapat meminimalisasi serta mengantisipasi dampak bencana tersebut sejak dini," ujar Sri Purnomo.