REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Sebanyak dua ratus pekerja yang tergabung dalam Serikat Pekerja Goodyear di North Amien, Prancis menyandera dua petinggi eksekutif perusahaan. Mereka berjanji akan membebaskan keduanya hingga diberikan jaminan sejumlah bayaran dan jaminan bahwa perusahaan itu tidak akan tutup.
Kedua eksekutif perusahaan itu adalah Manajer Produksi (Michel Dheilly) dan Direktur Sumber Daya Manusia (Bernard Glesser). Mereka akan bertemu perwakilan perusahaan pada Selasa ini atau Senin waktu setempat.
Awalnya, sebanyak 200 pekerja menghalangi kedua bosnya untuk pergi meninggalkan perusahaan dengan menghalangi pintu ruangan pertemuan.
Pabrik ban Goodyear ini rencananya akan melakukan pemutusan hubungan kerja untuk 1.173 pegawainya. Pekerja kemudian mengamuk sebab baru menerima kabar tersebut diawal tahun ini.
"Mereka dalam kondisi aman dan tenang. Mereka juga diberikan izin untuk menggunakan ponselnya dan diberikan air minum juga," ujar juru bicara serikat pekerja, Franck Jurek dilansir dari the Guardian, Selasa (7/1).
Jurek menerangkan dia bersama rekan-rekannya sudah menempuh segala cara, termasuk jalur hukum. Jadi, mereka kini memutuskan untuk mengubah taktik.
Pada akhir tahun lalu, Menteri Perindustrian Prancis, Arnaud Montebourg menawarkan kepada Kepala Perusahaan ban Titan International, Taylor Jr jika dia ingin mengambil alih pabrik ban Goodyear di jantung utara Prancis. Taylor kemudian merespon negatif tawaran tersebut melalui pernyataan tertulis.
"Apakah Anda pikir kami ini bodoh? Saya telah mengunjungi pabrik ini beberapa kali. Para pekerja di sana dibayar dengan upah tinggi, namun hanya bekerja aktif tiga jam sehari. Mereka menghabiskan satu jam sisanya untuk makan siang, dan tiga jam lainnya untuk mengobrol dengan sesamanya. Apakah itu yang namanya pekerja?" ujar Taylor.
Usai menerima respon sinis tersebut, Mountebourg menolak berkomentar. Sedangkan pekerja Goodyear di North Amien mengaku terkejut dengan penghinaan tersebut.