REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Surat utang global yang baru saja diterbitkan pemerintah berdampak positif terhadap penguatan rupiah. Penerbitan surat utang senilai 4 miliar dolar AS itu juga akan meningkatkan cadangan devisa.
Direktur the Finance Eko B Supriyanto mengatakan, langkah pemerintah ini dalam jangka pendek cukup menahan pelemahan rupiah pada "keseimbangan baru" Rp 12.100-12.200 per dolar AS. "Termasuk menaikkan cadangan devisa," kata dia, Jumat (10/1).
Imbal hasil obligasi yang mencapai 5,95% dan 6,85%, jelas Eko, membuat investor global tertarik. Menurut dia, pembeli terbesar dari obligasi global ini adalah investor dari Amerika Serikat.
Namun, Eko mengingatkan, pemerintah tetap waspada terkait pengurangan stimulus di AS. Tapering off memberi signal perekonomian AS sudah membaik yang bisa saja akan memanggil dolar untuk "pulang kandang".
Problem terbesar masih pada defisit neraca pembayaran, maka rezim bunga tinggi masih tetap ada dengan ditandai ketatnya likuiditas di pasar. "Hati-hati, gejolak nilai tukar, suku bunga tinggi dan gejolak likuiditas," kata Eko.
Penerbitan obligasi global sebesar 4 miliar dolar AS ini merupakan yang terbesar sepanjang sejarah Indonesia. Lima tahun lalu, ketika terjadi krisis subprime mortgage, pemerintah mengeluarkan SUN sebesar 3 miliar dolar.