REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Aparat kepolisian masih kesulitan mengungkap kasus kematian singa bernama Michael di Kebun Binatang Surabaya (KBS), Selasa (7/1). Kematian singa itu dinilai tidak wajar karena hanya mengandalkan keterangan dari sejumlah saksi.
"Kami masih melakukan proses penyelidikan terhadap kasus ini dan fokus terhadap saksi berkompeten dan betul-betul fokus mengarah ke kejadian sebenarnya," ujar Kapolrestabes Surabaya Komisaris Besar Polisi Setija Junianta di Surabaya, Sabtu (11/1).
Ia sangat menyayangkan kondisi kandang singa yang menjadi tempat kejadian sudah bersih dan rusak. Sehingga aparat tidak bisa melakukan olah tempat kejadian perkara secara maksimal.
"Malah sudah bukan tidak steril lagi, tapi lokasinya sudah rusak. Ini yang sangat kami sayangkan. Sehingga polisi hanya mengandalkan saksi-saksi di lapangan," kata mantan Kapolres Metro Jakarta Barat tersebut.
Namun, ia tidak akan berhenti mengusut kasus ini. Karena kematian satwa langka yang dinilai agak aneh ini menjadi perhatian khusus. Ia pun yakin segera mengungkapnya.
Setija Junianta juga mengimbau kepada pengelola KBS dan Pemkot Surabaya untuk memasang sejumlah kamera tersembunyi (CCTV) di beberapa titik. Tujuannya, untuk mengetahui segala sesuatunya serta melindungi satwa dari tangan oknum tak bertanggung jawab.
"Berikutnya, harus ada CCTV yang dipasang di sejumlah titik agar tidak ada lagi satwa yang mengalami kejadian serupa. Semoga singa ini menjadi yang terakhir," kata dia.
Meski kematian Michael diyakini karena ulah oknum tertentu, namun ia mengaku belum bisa menyimpulkan. Hanya saja, sebagai orang awam ia menduga kematian singa berusia 2,5 tahun itu memang agak aneh.
"Tapi ini hanya analisis sebagai orang awam, lho. Jangan dijadikan sebagai argumentasi untuk justifikasi polisi untuk mengungkap kasus ini," katanya.