Selasa 14 Jan 2014 10:47 WIB

Bom Barel, Bukti Kesadisan Pemerintah Suriah

Suasana kota Qusair saat dibombardir oleh pasukan pemerintah Suriah
Foto: guardian
Suasana kota Qusair saat dibombardir oleh pasukan pemerintah Suriah

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Inggris pada Senin menuduh pemerintah Suriah melakukan "kejahatan perang lagi" dengan pemberondongan daerah sipil dengan bom barel - drum minyak atau silinder yang yang dikemas dengan bahan peledak dan pecahan logam yang diturunkan dari pesawat.

Kelompok hak asasi manusia mengatakan perangkat rakitan itu telah membunuh ratusan warga sipil dalam perang saudara antara pasukan Presiden Bashar al-Assad dan tentara pemberontak. Amerika Serikat juga telah mengecam penggunaan bom barel tersebut.

Pihak berwenang Suriah mengatakan mereka memerangi "kelompok teroris bersenjata". "Penggunaan senjata secara sembarangan ini belum kejahatan perang yang lain, itu jelas dirancang untuk menabur teror dan melemahkan kehendak penduduk sipil," kata Menteri Luar Negeri William Hague kepada parlemen Inggris.

Pada Desember, Rusia membuat marah para diplomat AS dengan memblokir Resolusi Dewan Keamanan PBB yang akan mengutuk serangan-serangan rudal dan bom barel terhadap warga sipil di negara itu. Sementara itu laporan TV Alalam mengatakan, kelompok pemberontak menyerang lingkungan Homs di Suriah tengah, menewaskan sedikit-dikitnya 19 warga dan melukai beberapa orang lain.

Pada Minggu, pemberontak menembakkan roket ke daerah al-Ghouta, Homs, menewaskan 13 warga dan melukai 18 orang lain. Mereka juga menembakkan mortir ke kawasan kota Karm al-Shami, menewaskan enam warga dan melukai beberapa orang lain, kata sumber itu menambahkan.

Tentara Suriah dilaporkan menewaskan puluhan militan yang mencoba untuk mematahkan pengepungan militer di Homs pekan ini. Satuan tentara "dihadapkan pada kelompok teroris bersenjata" yang berusaha memasuki kawasan Khaldiya utara dari daerah yang dikuasai pemberontak di Kota Tua di tengah Homs.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement