REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kondisi masyarakat di perbatasan Indonesia-Malaysia dari sisi ekonomi masih sangat memprihatinkan. Ini terlihat dari wilayah Indonesia di perbatasan Kalimantan Utara dan Sabah Malaysia.
Pengasuh Darussunnah Institute for Hadith Sciences Indonesia-Malaysia, Ali Mustafa Yaqub dalam kunjungannya ke beberapa wilayah perbatasan di Kalimantan Utara mengungkapkan keprihatinannya kondisi ekonomi masyarakat di perbatasan.
Menurut Ali, Indonesia selama ini lemah menguasai ekonomi di wilayah perbatasan dalam negeri Indonesia. Ini terlihat di wilayah Nunukan dan Tarakan hampir sebagian besar masyarakat mengandalkan produk-produk buatan Malaysia dibandingkan produk Indonesia.
"Seperti tabung elpiji, mereka di perbatasan ini lebih senang membeli tabung elpiji dari Malaysia ketimbang dari Pertamina," ungkap Ali Mustafa Yaqub kepada ROL, Rabu (15/1).
Fakta ini, kata Ali, sungguh memprihatinkan karena Malaysia nyatanya lebih menguasai ekonomi masyarakat perbatasan di Indonesia. "Barang-barang Malaysia sangat membanjiri wilayah perbatasan Indonesia."
Parahnya, kata dia, walaupun barang-barang produk Indonesia tetap ada, namun faktanya masyarakat di perbatasan lebih suka menggunakan produk Malaysia karena lebih bervariatif dan lebih murah. Karenanya, Ali meminta pemerintah dan pihak yang berkepentingan mengambil kebijakan dari fakta yang ada ini. Menurut dia, jangan sampai hal ini dibiarkan dan berujung menghilangnya rasa nasionalisme masyarakat di perbatasan.