Rabu 15 Jan 2014 15:49 WIB

Musim Baratan, Pelelangan Ikan Tak Beroperasi

Rep: Lilis/ Red: Dewi Mardiani
Nelayan Indramayu (ilustrasi).
Foto: sapulidinews.com
Nelayan Indramayu (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -– Gelombang tinggi dan cuaca buruk yang dikenal dengan istilah baratan, membuat ribuan nelayan tradisional tidak dapat melaut. Kondisi itupun membuat sejumlah tempat pelelangan ikan (TPI) tidak bisa beroperasi.

 

Seperti yang terjadi di TPI Glayem, Kecamatan Juntiyuat, Kabupaten Indramayu. Menurut Sekretaris KUD Sri Mina Sari Glayem Kecamatan Juntinyuat, Dedi Aryanto, TPI tersebut tidak beroperasi sejak tiga hari lalu. ‘’Karena nelayannya tidak ada yang melaut, otomatis pelelangan ikan menjadi tidak jalan sama sekali,’’ ujar Dedi, Rabu (15/1).

 

Dedi menjelaskan, aktifitas pelelangan ikan di TPI Glayem sangat bergantung dari hasil tangkapan nelayan yang melaut. Dia menyebutkan, di TPI Glayem, nelayannya merupakan nelayan tradisional yang menggunakan perahu kecil berbobot kurang dari 5 GT.

 

Sejak tiga minggu yang lalu, terang Dedi, sekitar 1.200 nelayan tradisional di Glayem sulit melaut karena pengaruh musim baratan. Menurutnya, para nelayan itu tidak dapat melaut secara normal setiap hari. ‘’Jika ingin melaut, mereka lihat dulu kondisi cuacanya. Kalau  anginnya kencang, mereka batal melautnya,’’ tutur Dedi.

 

Dedi menjelaskan, musim baratan dirasakan semakin memburuk dalam tiga hari terakhir. Karenanya, mereka memilih tidak melaut sama sekali karena dapat mengancam keselamatan.

 

Selain membahayakan nyawa nelayan, lanjut Dedi, tingginya gelombang di laut dan kencangnya tiupan angin juga membuat jaring sulit ditebar di laut. Ditambah lagi, ikan di laut pun saat ini sulit diperoleh. ‘’Jadi nelayan lebih memilih tidak melaut daripada membahayakan nyawa dan menghabiskan modal sia-sia,’’ terang Dedi.

 

Namun, kata Dedi, kondisi tersebut sangat mempengaruhi produksi ikan hasil tangkapan nelayan. Dalam kondisi normal, transaksi ikan di TPI Glayem mencapai Rp 20 juta – Rp 25 juta per hari. Namun sejak tiga hari terakhir, tidak ada transaksi sama sekali.

 

Terpisah, Ketua Serikat Nelayan Tradisional (SNT), Kajidin, membenarkan kondisi para nelayan tradisional yang tidak dapat melaut akibat musim baratan sejak sebulan terakhir. Akibatnya, para nelayan secara otomatis tidak bisa memperoleh penghasilan. ‘’Ribuan nelayan tradisional saat ini sedang mengalami masa paceklik,’’ kata Kajidin.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement