REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Nelayan dan penyelam menangkap setidaknya 25 lumba-lumba yang dibantai di sebuah kampung nelayan paling kontroversial, Desa Taiji.
AFP melansir, Ahad (19/1), sebuah perusahaan industri perikanan di Taiji sudah membunuh sejumlah lumba-lumba. Tapi pemilik industri menolak menyebutkan jumlah lumba-lumba yang dibunuh.
Sabtu (19/1), aktivis Sea Shepherd menyiarkan langsung video penangkapan lumba-lumba itu kampung Taiji, Prefektur Wakayama yang pernah menjadi sorotan dunia karena persoalan serupa.
Sebuah film dokumenter 'The Cove' mengenai desa Taiji yang setiap tahun melakukan perburuan lumba-lumba juga memenangkan penghargaan Academy Award pada 2010. Film ini sempat diprotes karena perburuan lumba-lumba adalah tradisi.
Setiap tahun, nelayan Taiji mengumpulkan ratusan lumba-lumba di sebuah teluk sepi dan memilah puluhan lumba-lumba untuk dijual ke pemilik akuarium atau taman laut. Sementara lumba-lumba sisanya dibunuh untuk konsumsi.
''Yang berhasil terjual akan dilatih paksa untuk pertunjukan. Sementara sisanya akan dibantai,'' demikian pernyataan Sea Shepherd seperti yang dilaporkan Japan Today.
Saat diketahui para aktivis Sabtu petang, pembantaian lumba-lumba belum dimulai. Asosiasi Kooperatif Nelayan Taiji Fisheries, yang dituntut atas perburuan lumba-lumba, tidak bersedia memberi keterangan.