REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Selasa (21/1) waktu setempat, mempertahankan keputusannya untuk mengeluarkan Iran dari daftar negara-negara yang diundang menghadiri pembicaraan perdamaian Suriah setelah Rusia dan pemerintah Teheran mengeritiknya.
''Iran gagal untuk memberikan pernyataan tertulis sesuai yang dijanjikannya mengenai konflik Suriah sehingga Sekrterais Jenderal PBB, Ban Ki-moon, terpaksa bertindak,'' kata wakil juru bicara PBB, Farhan Haq.
Haq juga mengatakan Ban ingin sekali negara-negara yang menghadiri pembicaraan itu berunding dengan dalam suasana saling percaya. Pembicaraan akan mulai berlangsung di Montreux, Swiss, pada Rabu.
Ban membatalkan undangan bagi Iran pada Senin kurang dari 24 jam setelah mengumumkan bahwa sekutu Presiden Bashar Al Assad itu akan diikutsertakan dalam pembicaraan.
Oposisi Suriah telah mengancam akan memboikot acara itu jika Iran hadir dan Amerika Serikat menyatakan bahwa Iran harus menyepakati komunike internassional yang menyerukan suatu pemerintahan transisi di Suriah.
Para pejabat PBB mengatakan Ban menghabiskan beberapa hari berunding dengan Menteri Luar Negeri Iran, Javad Zarif, mengenai dukungan bagi Komunike Jenewa 2012 yang menyerukan pemerintahan transisi dalam usaha mengakhiri perang saudara tiga tahun di Suriah.
"Ada pemahaman lisan bahwa Sekjen terdorong untuk meyakini akan ada pemahaman tertulis," kata Haq kepada wartawan untuk menjelaskan undangan itu kepada Iran.
"Kenyataannya terbalik bahwa Iran menyatakan sikap sama seperti yang dipegang sebelumnya. Karena itu, dia menyatakan kekecewaannya atas keputusan Iran dan mengambil keputusan untuk tak mengundang mereka," kata jubir itu.