REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -– Setelah diduga bekerja sama dengan Rusia dalam membocorkan berbagai informasi rahasia NSA, Edward Snowden akhirnya bersuara. Ia membantah tuduhan pemerintah AS yang menyatakan Snowden telah mendapatkan bantuan dari Rusia.
Dilansir dari Reuters, Rabu (22/1), mantan agen mata-mata NSA itu mengaku bertindak sendiri dalam melakukan aksi-aksinya membocorkan rahasia pemerintah AS. Dalam wawancara yang dilakukan oleh satu majalah, Snowden mengatakan tuduhan tersebut tidak masuk akal. “Saya dengan jelas bertindak sendiri, tanpa bantuan dari siapa pun, apalagi pemerintah. Tuduhan itu bohong dan rakyat Amerika lebih cerdas daripada politisinya,” katanya.
Ketua DPR Komite Intelijen, Mike Roger, mengatakan bahwa ia melakukan penyelidikan terkait bantuandari Rusia kepada Snowden dalam melakukan aksinya membocorkan rahasia pemerintah AS. “Saya yakin, ada alasan mengapa ia akhirnya berada di tangan seorang agen di Moskow. Menurut saya itu bukan kebetulan,” katanya yang mengacu pada lembaga intelijen Rusia.
Dalam tuduhannya, Rogers tidak menyertakan bukti yang kuat atas keterlibatan Rusia dalam aksi Snowden. “Namun beberapa hal yang kami temukan menunjukan bahwa ia mendapatkan bantuan,” tambahnya.
Dugaan serupa juga dilontarkan oleh Dianne Feinsten, senator Demokrat dari California, yang juga menjabat sebagai kepala Komite Intelijen Senat, serta Michael McCaul yang menjabat sebagai Ketua Komite Keamanan Dalam Negeri di Kongres. Sementara itu, para pejabat keamanan AS lainnya menyatakan bahwa Amerika Serikat tidak memiliki bukti yang kuat bahwa Snowden telah bersekongkol dan telah mendapatkan bantuan.
Biro Infestigasi Federal (FBI) juga meyakini mantan agen NSA itu bertindak sendirian. Sedangkan pada Oktober lalu, Snowden mengatakan tidak mengambil dokumen rahasia NSA ketika ia aka nmelarikan diri ke Rusia pada Juni 2013 lalu. “Rusia dan Cina sama sekali tidak menerima dokumen,” katanya.
Ia menambahkan apabila ia bersekongkol dengan Rusia mengapa ia harus melarikan diri ke Hong Kong terlebih dahulu dan terjebak di bandara Moskow dalam waktu yang lama sebelum mendapatkan suaka. “Agen mata-mata diperlakukan lebih baik dibanding perlakuan itu,” tambahnya.